KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 4 seiring dengan melonjaknya kasus positif Covid-19. Penerapan PPKM ini dinilai bisa berpengaruh terhadap volume penjualan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin menilai, pemberlakuan PPKM tersebut dikhawatirkan akan mengganggu aktivitas ekonomi. Meskipun pembatasan sosial ini diperlukan untuk menekan laju penyebaran virus. Meski sektor semen termasuk dalam sektor kritikal, tetap saja terdapat kekhawatiran PPKM akan mengganggu volume permintaan semen, terutama di wilayah Jawa. Hal ini menjadi sentimen yang kurang menguntungkan bagi Indocement, lantaran sekitar 71% dari volume penjualan domestiknya berasal dari wilayah Jawa.
INTP Chart by TradingView Sementara itu, kenaikan harga batubara juga menjadi sentimen tersendiri. Jika menilik secara historis, sepanjang 2016-2020, terakhir kali rata-rata harga batubara mencapai di atas level US$ 100 per metrik ton adalah pada 2018. Saat itu, margin kotor INTP cukup rendah, di kisaran 28,8%. Namun demikian, Mimi melihat komposisi biaya bahan bakar INTP saat ini telah berubah dari tahun 2018, dengan kontribusi yang lebih tinggi dari bahan bakar alternatif, yakni sebanyak 12,2% di kuartal pertama 2021 dibandingkan hanya 5,8% di 2018. Selain itu, juga terdapat kompisisi batubara berkalori rendah. Mimi juga meyakini bahwa harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) saat ini tidak serendah tahun 2018. Dengan demikian, Mimi memperkirakan prospek marjin tahun ini tidak akan sepesimis tahun 2018. “Kami juga meyakini INTP akan melakukan efisiensi biaya untuk memitigasi kenaikan harga batubara,” tulis Mimi dalam riset yang dipublikasikan Senin (12/7). Mirae Asset memperkirakan marjin kotor INTP tahun ini sebesar 35,1% (dibandingkan 36,1% pada 2020). Mimi memangkas estimasi pendapatan INTP untuk tahun ini dan tahun depan masing-masing sebesar 0,4% dan 0,5%. INTP diproyeksi meraup pendapatan Rp 15,1 triliun atau naik 6,6% tahun ini, sedangkan tahun depan diperkirakan mencapai Rp 16,2 triliun atau naik 7,0%. Dari sisi bottomline, Mimi memperkirakan laba bersih INTP tahun ini sebesar Rp 1,8 triliun atau naik 0,1% dan Rp 2,0 triliun atau naik 12,8% di tahun depan. Terlepas dari kinerja INTP yang diproyeksikan bakal konservatif, valuasi saham produsen semen merk Tiga Roda ini ini masih menarik. Mimi mempertahankan rekomendasi trading buy saham INTP dengan target harga Rp 12.745. Baca Juga: Membaik, penjualan semen Indocement (INTP) naik 6% di semester I-2021 Asal tahu saja, secara akumulasi, INTP membukukan penjualan sebanyak 7,6 juta ton sepanjang enam bulan pertama 2021, tumbuh 6% secara year-on-year (yoy). Meskipun saat ini pemerintah tengah memberlakukan PPKM, INTP tetap optimistis industri semen akan mengalami pertumbuhan yang positif dibanding tahun lalu. Segmen perumahan swasta dinilai tetap menjadi faktor penunjang yang dominan di tahun ini. INTP menargetkan pertumbuhan volume penjualan 4% tahun ini. “Oleh sebab itu kami masih optimistis target pertumbuhan kami di tahun ini akan tercapai,” terang Antonius Marcos, Direktur dan Sekretaris Perusahaan INTP kepada Kontan.co.id, Minggu (25/7). Editor: Herlina Kartika Dewi