KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memutuskan kembali mengetatkan pembatasan sosial seiring dengan kembali melonjaknya kasus harian Covid-19 di Indonesia. Hal tersebut dinilai berpotensi menjadi katalis negatif bagi kinerja PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) yang sedang dalam masa pemulihan kinerja. Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya dalam risetnya pada 22 Juni menuliskan, adanya pembatasan sosial akan sangat berpengaruh dalam kinerja toko
offline pada emiten ritel seperti RALS. Padahal belakangan ini, lalu lintas ke toko sudah berada dalam pemulihan secara bertahap. “Jadi kami percaya bahwa ketidakpastian dari dampak negatif pandemi Covid-19 masih akan tetap membayangi kinerja RALS selama pembatasan sosial terus dilaksanakan sekalipun vaksin Covid-19 sudah berjalan. Lalu lintas pada toko belum akan pulih ke tingkat sebelum pandemi karena jam operasional mal tetap dibatasi oleh pemerintah,” tulis Christine dalam risetnya.
Baca Juga: Ramayana Tetap Rajin Buyback, Sayangnya Harga Saham RALS Masih Tertekan Walau demikian, Christine memproyeksikan, kuartal II-2021 akan menjadi puncak pemulihan kinerja RALS. Menurutnya, pada periode tersebut, RALS akan diuntungkan oleh efek basis rendah pada periode tahun sebelumnya dan pemulihan lalu lintas toko. Ia memproyeksikan, pada kuartal II-2021, RALS bisa mencatatkan penjualan hingga Rp 2,3 triliun Adapun, total penjualan RALS pada lima bulan pertama di tahun ini sebesar Rp 2,5 triliun. Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Willy Goutama dalam risetnya pada 14 Juni mengatakan, jumlah penjualan tersebut masih di bawah dari proyeksi Maybank Kim Eng karena baru memenuhi 37% dari proyeksi pada tahun ini yang sebesar Rp 6,67 triliun. “Penjualan pada periode Mei sebenarnya sudah
inline dengan target RALS yakni Rp 1,1 triliun. Hanya saja, masih di bawah proyeksi kami yang sebesar Rp 1,5 triliun. Kami melihat, adanya larangan untuk mudik menjadi salah satu penyebab yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke gerai pada periode lebaran,” tulis Willy.
Dengan penjualan RALS yang berada di bawah ekspektasinya, Willy pun memangkas proyeksi pendapatan RALS pada tahun ini menjadi Rp 4,64 triliun. Dus, proyeksi untuk laba bersih RALS juga diturunkan menjadi Rp 309 miliar dari sebelumnya Rp 453 miliar
Namun, Willy optimistis tidak akan ada penurunan lebih lanjut pada pendapatan maupun laba bersih RALS ke depan. Ia mengekspektasikan, daya beli kelompok menengah ke bawah akan mulai pulih seiring dengan mulai membaiknya kondisi pasar tenaga kerja dan adanya program bantuan sosial dari pemerintah pada tahun ini. Apalagi, RALS memiliki posisi yang baik dalam menangkap potensi dari pemulihan ekonomi. Selain itu, dengan RALS yang melakukan program
buyback juga akan membatasi potensi penurunan harga sahamnya. Baik Willy dan Christine sama-sama merekomendasikan untuk beli saham RALS dengan target harga yang sama, yakni Rp 950 per saham. Saham RALS diperdagangkan menguat 7,69% ke Rp 700 per saham pada hari ini, Selasa (22/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .