KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Alam Sutera Realty Tbk (
ASRI) termasuk salah satu perusahaan yang menikmati perpanjangan insentif PPN DTP 100% hingga akhir tahun 2024. Hal itu dinilai juga bisa meningkatkan kinerja perseroan di semester II tahun ini. Analis Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda melihat, kinerja ASRI di semester Ialu sebenarnya cukup bagus. Perseroan mencatatkan penjualan, pendapatan jasa, dan usaha lainnya sebesar Rp 1,88 triliun di semester I 2024. Angka ini naik 17,7% secara tahunan alias
year on year (YoY) dari Rp 1,59 triliun. Namun, sentimen negatif datang dari penurunan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 88,8% yoy ke Rp 18,65 miliar di semester I 2024. Ditambah lagi perusahaan juga harus mengahadapi kenaikan suku bunga, kondisi ekonomi global yang tidak stabil, dan persaingan bisnis di sektor properti yang semakin ketat.
“Lalu, inflasi yang tinggi mengurangi minat konsumen untuk berinvestasi di properti,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (29/8). Selain itu, ASRI juga mengalami rugi kurs dikarenakan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rugi selisih kurs yang diderita ASRI sebesar Rp 149,3 miliar per 30 Juni 2024, berbanding terbalik dari laba kurs Rp 79,41 miliar di akhir Juni 2023. “Rugi kurs tersebut memberikan dampak negatif pada perusahaan yang memiliki utang dalam valuta asing,” tuturnya.
Baca Juga: ASRI Menyambut Baik Perpanjangan PPN DTP 100% Hingga Akhir 2024 Namun pada semester II, Vicky masih melihat kinerja ASRI berpeluang untuk tumbuh. Sentimen positifnya adalah adanya potensi pemangkasan suku bunga pada tahun ini, sehingga dapat memberikan gairah kembali pada sektor properti. Lalu, adanya pemulihan ekonomi dan perpanjangan insentif PPN DTP 100%. Perpanjangan kebijakan tersebut menjadi sentimen positif, mengingat secara historis insentif tersebut memberikan dampak yang bagus untuk sektor properti. “Adapun sentimen negatifnya yaitu masih terjadinya ketidakpastian ekonomi global dan persaingan bisnis properti yang semakin ketat,” ungkapnya. Selain itu, kinerja ASRI di semester II 2024 juga dapat terbantu seusai pelunasan obligasi global yang dimiliki perseroan. Perusahaan mendapatkan pinjaman dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 3,9 triliun pada tanggal 6 Juni 2024. Pinjaman ini digunakan untuk melunasi obligasi global yang jatuh tempo pada tahun 2025.
Baca Juga: Alam Sutera (ASRI) Targetkan Marketing Sales Rp 2,8 Triliun di 2024 Pada tanggal 15 Juli 2024, ASRI melakukan pelunasan dipercepat obligasi global berdenominasi dolar AS tersebut yang sebesar US$ 251 juta. Hal ini dilakukan perseroan sebagai bagian dari usaha perusahaan untuk memperkuat posisi neraca keuangan. Setelah pelunasan tersebut, ASRI tidak lagi mempunyai obligasi dalam kurs dolar. Pelunasan obligasi global tersebut dilihat Vicky merupakan langkah yang positif, sehingga dapat mengurangi beban bunga dan risiko nilai tukar yang diderita ASRI per akhir Juni 2024. “Namun, perlu diingat bahwa pelunasan obligasi ini membutuhkan dana yang cukup besar. Jika dana tersebut diperoleh dari pinjaman baru maka perusahaan akan memiliki beban utang baru,” paparnya. Vicky pun merekomendasikan untuk
wait and see ataupun
profit taking terlebih dahulu untuk pemegang saham ASRI. Ini mengingat harga sahamnya sudah naik cukup tinggi. “Tetapi, jika mampu menembus level
resistance, kami merekomendasikan untuk trading buy ASRI dengan target harga Rp 210 - Rp 220 per saham,” paparnya.
Disisi lain, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, pergerakan saham ASRI ada di level
support Rp 165 per saham dan
resistance Rp 210 per saham. William pun merekomendasikan
buy on weakness untuk ASRI dengan target harga di akhir tahun Rp 300 per saham. Sedangkan Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham ASRI ada di level support Rp 193 per saham dan resistance Rp 208 per saham. Herditya pun merekomendasikan
buy if break untuk ASRI dengan target harga Rp 218 - Rp 230 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih