KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Presisi Tbk (
PPRE) terus fokus pada sektor bisnis jasa pertambangan. Bahkan, perseroan berupaya menjadi perusahaan jasa pertambangan. Direktur Utama PPRE, Arzan mengatakan sektor pertambangan menawarkan '
high profit' dan likuiditas yang lebih baik. Apalagi, lanjutnya, melihat perkembangan pertambangan nikel yang sangat pesat di dunia untuk mendukung kemajuan teknologi, terutama pemenuhan baterai mobil listrik. "Selain nikel, kami juga akan masuk di bauksit dan batubara," ujarnya dalam paparan publik virtual, Rabu (18/12).
Baca Juga: Begini upaya PP Presisi (PPRE) Dongkrak Kinerja pada 2024 Ia juga optimistis mampu bersaing dengan perusahaan sejenis eksisting. Sebab, perseroan didukung peralatan yang ada sekarang, dengan hampir 300 unit alat berat yang digunakan dan mayoritas digunakan pada jasa pertambangan. Meski begitu, Arzan juga menegaskan tidak berarti sektor konstruksi ditinggalkan. Rencananya, PPRE akan berkolaborasi bersama induk, yakni PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dalam sektor konstruksi. Untuk kinerja, Arzan menyebutkan telah memiliki nilai kontrak sebesar Rp 6,7 triliun per November 2024. Adapun hingga akhir tahun perseroan menargetkan nilai kontrak baru sebesar Rp 8 triliun. Dia optimistis target itu masih akan tercapai lantaran pihaknya juga tengah menjajaki proyek-proyek baru di Morowali dan Halmahera.
Baca Juga: Turun dari Tahun 2022, PP Presisi (PPRE) Bukukan Laba Rp 172 Miliar pada 2023 Dari pembukuan, PPRE menargetkan pendapatan sebesar Rp 4 triliun. Dirinya optimis target tercapai, mengingat per November pendapatan peroseroan mencapai Rp 3,3 triliun, sehingga dengan nilai kontrak yang dimiliki saat ini dapat mencapai target perusahaan. Untuk 2025, perseroan masih menargetkan kontrak baru senilai Rp 10 triliun, dengan 60% ditargetkan berasal dari jasa pertambangan. Adapun untuk pendapatan, perseroan membidik sebesar Rp 7 triliun. "Jadi pada tahun 2025, kami membidik sektor jasa pertambangan di daerah Halmahera dan Morowali untuk pertambangan nikel yang sekarang sudah berjalan," sebutnya. Guna mendukung target, perseroan juga menganggarkan belanja modal sebesar Rp 535 miliar. Mayoritas akan digunakan untuk investasi alat guna mendukung proyek-proyek pertambangan.
Baca Juga: PP Presisi (PPRE) Targetkan Kontrak Baru Rp 8 Triliun di 2024 Strategi lainnya, PPRE berencana memperkuat fundamental dengan melakukan 'balancing' utang jangka pendek dan jangka panjang. Dus, perseroan turut berencana menerbitkan obligasi maupun MTN di 2025.
"Ketika demand obligasi dan MTN di tahun depan lebih baik, tentunya dari manajemen akan mempertimbangkan meluncurkan instrumen tersebut pada tahun 2025," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli