KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Joe Biden membahas berbagai isu dalam pertemuan di Gedung Putih Washington DC. Usai pertemuan, Gedung Putih merilis pernyataan bersama. Disebutkan bahwa Indonesia maupun Amerika Serikat sepakat penggunaan
artificial intelligence (AI) dan teknologi digital lainnya harus dioptimalkan untuk memungkinkan pembangunan berkelanjutan dan menjembatani kesenjangan digital.
Baca Juga: Makan Malam Bersama Menlu AS, Prabowo Tanyakan Solusi Isu Palestina Presiden Biden dan Presiden Prabowo menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pembangunan kapasitas guna memastikan akses yang adil terhadap AI yang aman dan tangguh serta inovasi digital terkait. Kedua pemimpin mengakui perlunya terus mengeksplorasi inisiatif untuk mengamankan dunia maya dan menyambut baik niat untuk meningkatkan kerja sama mereka. Khususnya melalui pertukaran praktik terbaik, peningkatan kapasitas, dan kerja sama penelitian dalam waktu dekat. Kolaborasi yang ditingkatkan ini harus berakar pada keinginan bersama untuk mendorong terciptanya dunia siber yang damai, aman, dan berketahanan yang dapat mendukung kemajuan ekonomi dan peningkatan standar hidup bagi semua orang.
Baca Juga: Bertemu Prabowo, Joe Biden Tegaskan AS Mendukung Indonesia Jadi Anggota OECD Para pemimpin juga merayakan kemitraan Departemen Luar Negeri AS dengan Pemerintah Indonesia melalui International Technology Security and Innovation (ITSI) berdasarkan Undang-Undang CHIPS tahun 2022. Para pemimpin menyatakan niatnya untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia Indonesia di industri semikonduktor. Serta pengembangan sumber daya manusia, melalui kolaborasi dengan universitas-universitas Amerika dan mengoptimalkan dukungan pemerintah AS melalui ITSI Fund. “AS berkomitmen untuk mendukung Indonesia dalam mengembangkan teknologi reaktor modular kecil (SMR), termasuk dengan mempercepat studi kelayakan yang sedang berlangsung dan menjajaki potensi kolaborasi untuk membangun keahlian Indonesia melalui program sertifikasi penelitian penilai nuklir,” tulis pernyataan bersama yang dirilis
whitehouse.gov, Selasa (12/11) waktu AS. Untuk informasi tambahan, Indonesia menjadi salah satu negara yang akan direview oleh U.S DoS bekerja sama dengan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Baca Juga: Sepakat Kemitraan Strategis Komprehensif, AS Dorong RI Kuat dan Tangguh di Kawasan Diharapkan dari hasil review tersebut, Indonesia dapat bekerja sama dengan semikonduktor AS via mekanisme International Technology Security and Innovation (ITSI) Fund. Perkiraan proses review akan berlangsung selama 6-8 bulan dan rencananya Tim OECD Semiconductor akan datang ke Indonesia pada awal pertengahan tahun 2024 untuk menyelesaikan fact-finding mission atas review industri semikonduktor Indonesia. Selain itu, Indonesia tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada tahun 2025-2035 yang tertuang pada PP No. 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN). Salah satu teknologi nuklir yang dapat dimanfaatkan adalah Small Modular Reactor (SMR) bekerja sama dengan US DoS melalui program
Foundational Infrastructure for the Responsible Use of SMR Technology (FIRST).
Baca Juga: Biden Bertemu Prabowo Hubungan Bilateral RI-AS Jadi Kemitraan Strategis Komprehensif Pada tanggal 28 Februari 2023 telah ditandatangani Contract for Technical Assistance antara PLN Indonesia Power dan US Trade and Development Agency. Pembiayaan Grant Agreement dari USTDA sebesar US$2,3 juta (Rp 34 miliar) dengan rincian:
- Dilaksanakan di Pantai Gosong, Provinsi Kalimantan Barat - Teknologi yang digunakan adalah Small Modular Reactor (SMR) dari NuScale berupa VOYGR Power-6 Power Plant Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto