Prabowo Siapkan Kebijakan untuk Kurangi Beban APBN 2025 dari Kenaikan Harga Minyak



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Presiden terpilih Prabowo Subianto akan menyiapkan beberapa langkah kebijakan untuk mengantisipasi fluktuasi harga minyak yang tinggi.

Wakil Komandan Tim Kampanye Nasional Pemilih Muda (TKN Fanta) Prabowo-Gibran, Anggawira mengatakan beberapa kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintahan baru ini bertujuan menjaga fleksibilitas dalam kebijakan fiskal untuk menyesuaikan jika situasi global terus berubah.

Pertama, pemerintahan prabowo kemungkinan akan mempertimbangkan skema subsidi energi yang lebih tepat sasaran, seperti yang sudah mulai diterapkan dengan perubahan subsidi menjadi bantuan langsung tunai (BLT).


Menurutnya, penerapan subsidi energi yang lebih efisien ini bertujuan untuk meringankan beban APBN dari kenaikan harga minyak.

"Untuk meringankan beban APBN saat harga minyak naik," ujar Anggawira kepada Kontan.co.id, Kamis (3/10).

Baca Juga: Presiden Terpilih Prabowo Bakal Ubah Asumsi Harga Minyak, Memang Perlu Revisi?

Kedua, untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak, program diversifikasi energi ke energi terbarukan atau gas mungkin akan dipecepat.

"Ini bisa mengurangi tekanan terhadap APBN yang seringkali terdampak oleh kenaikan harga minyak dunia," katanya.

Ketiga, dalam menghadapi nilai tukar Rupiah yang berada di atas asumsi APBN 2024, pemerintah perlu menjaga kestabilan nilai tukar menjadi kebijakan moneter yang seimbang, serta memastikan bahwa inflasi tidak terlampaui tinggi akibat kenaikan harga komoditas dan pelemahan Rupiah.

Dan terakhir, pemerintahan Prabowo mungkin akan menyesuaikan asumsi harga minyak dalam APBN 2025 dengan proyeksi yang lebih realistis berdasarkan kondisi pasar saat itu. 

Hal ini penting untuk menjaga akurasi perhitungan belanja negara, terutama terkait subsidi energi.

Anggawira menambahkan, kenaikan harga minyak global, yang saat ini berada di sekitar US$ 74,54 per barel, sebagian besar memang dipicu oleh ketidakpastian geopolitik seperti konflik di Timur Tengah, yang secara historis selalu mempengaruhi pasokan minyak. 

Meskipun harga minyak dalam APBN 2024 diasumsikan sebesar US$82 per barel, pemerintah tetap harus mempertimbangkan volatilitas pasar global yang berpotensi membuat harga minyak fluktuatif hingga akhir tahun.

Untuk prediksi hingga akhir 2024, jika konflik terus bereskalasi, dirinya melihat harga minyak kembali naik lebih tinggi dari perkiraan awal. Bahkan beberapa analis memperkirakan harga bisa mencapai antara US$ 85 hingga US$ 90 per barel jika situasi geopolitik semakin memburuk dan pasokan global terganggu lebih parah. 

"Di sisi lain, jika ada upaya diplomatik yang berhasil menstabilkan situasi, harga bisa kembali ke kisaran yang lebih rendah," kata Anggawira.

Baca Juga: Antisipasi Kenaikan Harga Minyak, Prabowo Akan Ubah dan Terbitkan APBN-P 2025

Selanjutnya: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,96% ke Rp 15.394 Per Dolar AS Pada Kamis (3/10)

Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok (4/10) Hujan Lebat, Waspada Bencana di Provinsi Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati