Prabowo tak bahas spesifik dunia pasar modal



JAKARTA. Calon presiden nomor urut 1, Prabowo Subianto melakukan paparan di depan para pelaku pasar modal pagi ini. Namun, tidak ada pemaparan spesifik mengenai dunia pasar modal yang diungkapkan oleh mantan Pangkostrad ini.

Dalam acara bertajuk "Pemaparan Visi dan Misi Ekonomi & Pasar Modal Indonesia Prabowo-Hatta, Prabowo hanya memaparkan ekonomi secara makro. Diantaranya, mengenai adanya ketimpangan pendapatan masyarakat Indonesia (gini ratio).

Menurut dia, gini ratio di Indonesia memburuk. "Tahun 1999, gini ratio kita 0,30, sekarang 0,41, ini tandanya ada disparitas," ujarnya, Jumat (20/6).


Prabowo pun mengemukakan strateginya untuk menekan gini ratio tersebut. Pihaknya akan menyelamatkan kekayaan negara dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di sektor yang memiliki keunggulan kompetitif.

Caranya, menjadikan agro ekonomi sebagai mesin pertumbuhan. Kata Prabowo, di Indonesia panen bisa dilakukan hingga tiga kali dalam setahun. Pasalnya, Indonesia menempati 11% dari daerah tropis di dunia. Adapun, porsi daerah tropis di dunia sekitar 27%.

"Minimal kita bisa dua kali panen, dengan tekonologi baru dan manajmen yang baik bahkan bisa tiga kali panen," tuturnya.

Selain itu, ia juga akan membuat hutan yang rusak menjadi hutan produktif untuk energi. Sehingga, tercipta lapangan kerja yang maksimal.

Selain itu, ia juga memaparkan yang disebutnya program transformasi bangksa. Isinya antara lain mencetak masing-masing 2 juta hektare (ha) untuk lahan produksi pangan, lahan produksi bioetanol. Lalu, membina khusus untuk tim nasional sepakbola Indonesia, dan membangun masing-masing 3.000 kilometer (km) jalan raya dan rel kereta api.

Hingga akhir paparan visi misi itu, Prabowo tidak menyinggung sama sekali mengenai kondisi pasar modal secara spesifik. Ia hanya sempat mengatakan bullish, namun dengan konteks yang berbeda.

"Saya optimis, bullish, masalah Indonesia adalah masalah manajemen, how we manage our resources," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fransiska Firlana