Prabowo Unggul Real Count Sementara, Ini Saham yang Kena Sentimen Positif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari pencoblosan Pemilu 2024 berlangsung Rabu (14/2) kemarin. Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul di sejumlah lembaga dalam perhitungan cepat alias quick count.

Pasangan Prabowo-Gibran juga masih unggul dalam perolehan suara sementara hasil real count pemilihan presiden (Pilpres) 2024 yang dirilis oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Berdasarkan data hasil real count KPU, Kamis (15/2), pukul 11.35 WIB, tercatat data yang masuk baru sebesar 41,01%. Data yang masuk itu dihimpun dari sebanyak 337.602 Tempat Pemungutan Suara (TPS) dari 823.236 TPS yang ada di Indonesia.

Hasil real count Pilpres 2024 KPU itu menujukan paslon nomor urut 02 itu unggul sementara dengan perolehan suara mencapai 56,1% atau setara dengan 12.476.925 suara.


Lalu, disusul dengan paslon nomor urut 01 yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskadar yang mengantongi suara sebanyak 24,5% atau setara dengan 5.459.425 suara. Di posisi terakhir, paslon nomor urut 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebanyak 19,34% atau setara 4.300.835 suara.

Baca Juga: IHSG Melesat pada Kamis (15/2), Saham-Saham Ini Bisa Dilirik

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Leonardo Lijuwardi melihat, harapan pelaku pasar cukup positif terhadap kemenangan pasangan nomor urut 02 itu.

“Transisi mulus kemenangan pasangan urut 02 adalah harapan bagi pembangunan dan situasi kepastian bisnis yang berkelanjutan,” ujarnya dalam riset terbaru NH Korindo Sekuritas, Kamis (16/2).

Para investor bisa mengambil kesempatan jangka pendek dengan trading di saham-saham yang terafiliasi dengan pasangan Prabowo-Gibran. Menurut Leonardo, setidaknya ada tiga program unggulan yang disorot dari pasangan Prabowo-Gibran.

Pertama, kepastian kelanjutan proyek pembangunan IKN. Sektor konstruksi merupakan sektor yang terpukul pasca pandemi.

Namun, dengan adanya harapan keberlanjutan IKN, angin segar diharapkan mampu mendongkrak kembali kinerja emiten konstruksi BUMN Karya, seperti PT PP Persero Tbk (PTPP) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

“Selain itu, diharapkan IKN akan mampu mendongkrak kembali emiten semen, seperti SMGR ataupun INTP,” ungkapnya.

Baca Juga: Ini Sejumlah Pekerjaan Rumah Capres Terpilih Dibidang Ekonomi

Kedua, kejelasan hilirisasi barang tambang. Emiten pertambangan, khususnya nikel, diharapkan akan memperoleh berkah dari keberlanjutan hilirisasi nikel yang saat ini sedang dirintis.

Leonardo melihat, saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) bisa dilirik.

“Walaupun saat ini kondisi Nikel sedang oversupply dan harga turun, namun kebijakan hilirisasi diharapkan mampu kembali memacu performa saham pertambangan logam nikel,” papar dia.

Ketiga, program makan siang gratis dan susu gratis. Melansir data BPS tahun 2021, konsumsi susu per kapita masyarakat Indoensia berada di angka 16,27 kilogram per kapita per tahun. angka itu berada di bawah negara ASEAN lain, seperti Malaysia (36,2), Myanmar (26,7) dan Thailand (22,2).

Leonardo mengatakan, ada banyak pengusaha konglomerasi yang masuk ke dalam bisnis susu. Misalnya, Sabana Prawirawidjaja pemilik Ultra Jaya Group alias PT Ultrajaya Milk Industry Tbk (ULTJ) lewat Ultramilk, Bambang Susantio pemilik PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) lewat Cimory, dan Anthoni Salim pemilik PT Indofood ICBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan Indomlik.

Baca Juga: IHSG Menguat 1,30% Hari Ini, Simak Prediksi Untuk Esok

Selain itu, ada banyak pengusaha lain yang diketahui yang masuk ke dalam bisnis susu, walaupun perusahaannya tidak listed. Misalnya, Keluarga Hartono pemilik Djarum Group dengan merk Milklife, serta Keluarga Angkosubroto pemilik Gunung Sewu Group-Great Giant Pineapple dengan merek Hometown.

Lalu, TPG dan Northstar Private Equity milik Patrick Walujo yang mengakuisisi Greenfield dari Japfa.Ltd., serta Keluarga Katuari pemilik Wings Group dengan merk Milku.

“Emiten ULTJ, CMRY, dan ICBP diharapkan terdampak dari kebijakan ini. PT Diamond Food Indonesia Tbk (DMND) dengan merk Susu Diamond juga, tetapi sahamnya kurang likuid,” paparnya.

Namun, Leonardo masih mempertanyakan program ketiga ini, apakah nantinya bisa tepat sasaran atau tidak. “Apalagi, ada potensi intoleransi laktosa yang cukup banyak di Asia,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati