Pradiksi Gunatama (PGUN) raup Rp 103,5 miliar dari IPO, berikut rincian penggunaannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (7/7). Harga sahamnya melesat 34,78% ke Rp 155 per saham.

Pradiksi Gunatama melepas 900 juta saham atau setara 18% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga penawaran Rp 115 per saham. Alhasil, Pradiksi Gunatama mengantongi dana segar Rp 103,5 miliar.

Baca Juga: Resmi tercatat di BEI, saham Pradiksi Gunatama (PGUN) melesat 34,78%


Berdasarkan prospektus IPO yang ada di situs web BEI, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, sekitar 60% dana tersebut akan digunakan untuk modal kerja berupa pembelian pupuk, tandan buah segar (TBS), dan operasional lainnya. Sementara itu, sekitar 40% akan dimanfaatkan untuk belanja modal pembangunan infrastruktur yang terdiri dari empat jenis.

Pertama, sekitar 50% bakal digunakan untuk membuka lahan seluas 443 hektare (ha) dan tanaman baru. Lokasinya berada di Muara Petagis Estate Desa Saing Prupuk seluas 203 Ha dan di Muara Benongan Estate Desa Bai Jaya seluas 240 ha. Pengerjaannya akan dimulai pada Juli 2020 dan selesai pada Desember 2020.

Saat ini, Pradiksi Gunatama memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 22.586 Ha yang berlokasi di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Kebun ini memiliki areal tanam seluas 12.869 ha dengan tanaman telah menghasilkan seluas 11.669 ha (51,66%) dan tanaman belum menghasilkan seluas 1.200 ha (5,31%). Luas areal tanam milik PGUN yang masih dapat dikembangkan mencapai 5.993 ha (26,53%) dan areal yang tidak dapat ditanam sebesar 3.725 ha (16,49%).

Kedua, sekitar 25% ditujukan untuk pengembangan dermaga (jetty) pengangkutan hasil produk TBS dan pabrik kelapa sawit (PKS) yang terletak di Desa Langgai. Pengerjaan proyek ini akan berlangsung pada Juli 2020-Januari 2021.

Sebagai informasi, PKS tersebut beroperasi sejak Agustus 2019. Kapasitas produksinya mencapai 60 ton TBS per jam dan dapat ditingkatkan menjadi 90 ton per jam atau setara 100.000 ton CPO per tahun.

Editor: Herlina Kartika Dewi