PARIS. Rakyat Prancis hari ini (23/4) akan memberikan suara untuk memilih presiden baru. Setelah beberapa kejutan seperti keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS, akankah muncul kejutan di Prancis? Untuk pemilihan presiden tahun ini, terdapat lima kandidat, yaitu Francois Fillon (Les Republicans), Benoit Hamon (Socialists), Marie Le Pen (Front National), dan Emmanuel Macron (Independent). Sejauh ini belum ada kandidat kuat, tetapi tak ada salahnya sedikit mengenal keempat calon presiden baru Perancis itu.
Francois Fillon Seperti dikutip Kompas.com, Fillon yang sangat mengidolakan reformasi Margaret Thatcher membuatnya berjanji akan memangkas sektor publik Perancis. Di sektor ini mempekerjakan ribuan pegawai negeri yang sebagian hanya melakukan sedikit atau bahkan sama sekali tak bekerja. Namun, kampanyenya menjadi kacau setelah sebuah harian di Perancis menudingnya membayar istrinya, Penelope Fillon, hingga setengah juta euro untuk melakukan pekerjaan fiktif. Fillon kini sedang diselidiki aparat Perancis yang belum lama ini menggerebek majelis rendah parlemen terkait dengan kasus yang membelitnya. Akibatnya, popularitas Fillon melorot dan kini terancam tak bisa bersaing dalam pemilihan presiden. Marine Le Pen Marine adalah putri dari tokoh sayap kanan Jean-Marie Le Pen yang dikenal rasial dan kerap mengolok-olok holocaust yang menimpa bangsa Yahudi Eropa. Jean-Marie dikenal lebih senang membangkitkan perlawanan rakyat ketimbang mengurus partainya, Front National (FN), merengkuh kekuasaan. Namun, Marine, seorang mantan pengacara yang memiliki sorot mata sangat tajam itu, membawa FN ke arah yang sama sekali berbeda. Di tangan Marie, FN yang awalnya hanya sebuah perkumpulan neoliberal di bawah kendali ayahnya, kini menjadi sebuah gerakan untuk era populis. Sejak memimpin FN pada 2011, Marine sukses memperhalus citra partai yang awalnya dinilai buruk. Kini Marine malah dianggap sebagai calon kuat presiden Perancis. Perjudian Marine berbuah, sejumlah survei menempatkan Marine di peringkat atas. Ditambah "Trump Effect" maka jutaan disilusionis akan lebih memilih Marine ketimbang Fillon. Para pengamat politik Perancis bahkan menilai Marine bakal memenangi putaran kedua pemilihan presiden. Emmanuel Macron Emmanuel Macron sempat menjadi penasihat ekonomi Presiden Francois Hollande sebelum menjabat menteri perekonomian sejak 2014. Namun, Emmanuel membuat mentornya itu berang karena mengundurkan diri dari jabatannya dan mendirikan partai baru berhaluan tengah "En Marche" (Bergerak). Kini Emmanuel memosisikan dirinya sebagai kuda hitam di tengah kejutan yang diberikan Donald Trump di AS. Menteri perekonomian yang sangat pro pengusaha dan belum pernah terpilih untuk jabatan publik apa pun bersikukuh dia tak berdiri di kiri atau kanan, tetapi hanya untuk Perancis. Sebagai wajah baru dalam dunia politik Perancis, maka minimnya pengalaman Emmanuel bisa menjadi keuntungan atau biang kehancurannya. Benoit Hamon Politisi sayap kiri Benoit Hamon mengalahkan mantan PM Manuel Valls dalam pemilihan awal di Partai Sosialis Perancis. Hamon, mantan menteri pendidikan yang ingin mengurangi jam kerja dari 35 menjadi 32 jam itu, mendapatnya 58,65 persen dukungan di Partai Sosialis. Hasil itu sangat mengejutkan karena Valls dianggap terlalu kuat untuk dikalahkan dan diyakini bakal mewakili Partai Sosialis dalam pemilihan presiden. Namun, sejumlah survei menujukkan Hamon kemungkinan besar bakal kalah dalam putaran pertama pilpres yang digelar pada 23 April ini. Jean-Luc Melenchon Rating politis sayap kiri ini belakangan melonjak. Melenchon juga seperti Le Pen ingin secara radikal merombak Uni Eropa dan mengadakan referendum mengenai apakah akan meninggalkan blok tersebut. Seperti dikutip Tribunnews, empat kandidat diprediksi lebih berpeluang memenangi pilpres, yaitu François Fillon dari kelompok konservatif, pemimpin kelompok berhaluan kanan-jauh Marine Le Pen, pemimpin liberal Emmanuel Macron dan pemimpin kelompok kiri-jauh Jean-Luc Mélenchon.
Dan saat pemungutan suara yang digelar hari Minggu (23/04), pengaman ekstra ketat digelar di seluruh Prancis menyusul serangan bersenjata oleh pria bernama Karim Cheurfi terhadap anggota polisi di Champs Elysees, Paris. Cheurfi akhirnya tewas ditembak aparat kepolisian Prancis dan dia diketahui mendukung kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam atau ISIS. Ppemilu presiden Prancis ini diprediksi akan berlangsung hingga putaran kedua, karena semua calon dianggap tidak mampu meraup suara hingga 50%. Pilpres putaran kedua - yang diikuti dua cal;on peraih suara terbanyak - digelar pada 7 Mei. (Ervan Handoko/penerjemah)
Editor: Rizki Caturini