Prasidha Aneka Niaga Tambah Mesin



JAKARTA. Produsen kopi instan dan kopi olahan PT Prasidha Aneka Niaga, Tbk (PSDN) terus menggenjot produksinya. Tahun ini, Prasidha akan mendatangkan satu mesin goreng (roasting machine) baru untuk mengolah kopi. Prasidha menggelontorkan investasi € 1 juta untuk mendanai pembelian mesin baru ini.

Sekretaris Perusahaan PT Prasidha Aneka Niaga Petrus R. Arif menuturkan, mesin baru tersebut akan dipasang di pabrik anak usaha mereka, PT Aneka Coffe Industri (ACI), yang berlokasi di Sidarjo, Jawa Timur. "Kami sudah punya satu unit roasting machine tapi umurnya sudah 15 tahun. Kami perlu menambah satu mesin baru," ujarnya kepada KONTAN Jumat (21/6).

Tahun lalu PT ACI sudah meningkatkan kapasitas produksi dari 3.600 ton per tahun menjadi 4.600 ton per tahun. Nah dengan mesin goreng baru ini, perusahaan ini berharap langkah ekspansinya bisa makin mulus.


International Marketing Manager PT ACI, Mario Arsanto menambahkan, saat ini mesin baru tersebut masih dalam tahap pengiriman. Ia memperkirakan, mesin baru ini bisa dipasang pada sekitar Oktober atau November nanti. "Sehingga baru tahun depan kami bisa menikmati mesin yang baru," ujar Mario.

Meski kapasitas produksi bakal bertambah, Mario justru memperkirakan tahun ini akan berat bagi bisnis kopi perusahaan. Salah satu penyebabnya, tren harga kopi di pasar global yang terus menurun sejak pertengahan tahun lalu.

Berdasarkan acuan harga ICO Robusta- London Price, harga rata-rata kopi sepanjang tahun 2012 US$ 0,91 per paun. Harga tersebut turun dari rata-rata harga pada tahun 2011 yang mencapai US$ 1,01 per paun.

Menurut Mario, penurunan harga kopi juga dipicu oleh perang dagang dari negara produsen lain yang menekan harga jualnya. "Selain di pasar ekspor, di pasar domestik kami juga tertekan karena produsen kopi pasang harga yang murah," katanya.

Akibat banjir kopi impor di dalam negeri, Mario pun memprediksi produksi kopi perusahaan bakalan turun sekitar 20% sampai 30% ketimbang tahun lalu. Sebagai gambaran, pada tahun 2012, produksi kopi perseroan mencapai 3.800 ton.

Selain di bisnis kopi, usaha karet remah (crumb rubber) milik Prasidha juga dilanda ketidakpastian. Penyebabnya antara lain faktor harga yang turun akibat perang dagang. Pada 2011 misalnya harga karet remah di pasar global mencapai US$ 4,51 per kilogram. Namun tahun lalu harga rata-rata karet remah terjun drastis menjadi US$ 3,15 per kilogram.

Oleh karena itu, Petrus bilang perseroan belum bisa memproyeksikan kinerja penjualan tahun ini. "Saat ini masih sulit diprediksi karena harganya terus berfluktuasi," paparnya.

Sebagai gambaran, hingga kuartal I 2013 Prasidha hanya membukukan penjualan bersih Rp 339,59 miliar, naik 7,61% ketimbang periode yang sama tahun 2012 yang sebesar Rp 315,55 miliar. Namun, pada kuartal I 2013 perseroan membukukan rugi bersih sebesar Rp 442,39 juta. Padahal, di periode yang sama tahun 2012 PSDN membukukan laba bersih Rp 7,09 miliar.

Kendala pelemahan harga dan gempuran produk impor juga menekan pertumbuhan penjualan konsolidasi PSDN sejak tahun 2012. Tahun lalu, perseroan hanya mencatatkan penjualan Rp 1,3 triliun, tumbuh 5% dari tahun 2011.

Penjualan karet remah menjadi kontributor terbesar penjualan mereka selama tahun 2012 lalu, yaitu sebesar Rp 978,9 miliar. Urutan kedua penyumbang penjualan ditempati oleh penjualan kopi bubuk (Rp 324,5) miliar dan dari bisnis perkebunan (Rp 1,1 miliar).    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi