KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) tinggal menghitung hari. Sinarmas Sekuritas menaksir pesta demokrasi yang akan berlangsung pada 14 Februari 2024 ini akan menjadi katalis penting bagi bursa saham yang tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG). Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy menyoroti sentimen Pemilu & Pilpres akan memengaruhi pergerakan IHSG. Dalam skenario jika Pilpres berlangsung dua putaran, maka ketidakpastian berpotensi membuat dana asing keluar dari pasar saham. Hal serupa pernah terjadi pada tahun 2004, di mana dalam kurun waktu antara dua bulan setelah hasil Pilpres putaran pertama ditetapkan, IHSG tercatat turun hingga 18%. Namun, keadaan berbalik sejak putaran kedua dilaksanakan pada 20 September 2004, di mana IHSG berhasil mencatatkan reli sebesar 22%.
Jika skenario dua putaran terjadi lagi pada Pemilu 2024, maka Isfhan memperkirakan tekanan jual akan terjadi di pasar saham dan membuat IHSG berpotensi turun hingga di bawah level 7.000. Namun, Ishfan memprediksi hal ini hanya akan berlangsung hingga bulan Mei, di mana pasar saham akan berbalik arah menjelang pelaksanaan Pilpres putaran kedua pada 26 Juni 2024.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.279,9 di Pagi Ini (7/2), Sektor Keuangan Melaju Paling Kencang "Hal ini akan sangat didukung jika elektabilitas salah satu capres unggul jauh, sehingga indikasi pemenang Pemilu sudah dapat tergambarkan. Jika ini terjadi dan pemenang Pemilu sesuai ekspektasi pasar maka IHSG akan mampu tutup tahun di level 7,800,” ungkap Ishfan dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (6/2). Di sisi yang lain, dalam skenario Pilpres satu putaran, Ishfan memperkirakan IHSG akan terus menanjak. Secara valuasi, estimasi P/E untuk IHSG jika Pemilu satu putaran adalah 16x, sedangkan untuk dua putaran adalah 15.3x. Isfhan memprediksi IHSG bisa menutup tahun ini di atas level 8.150. Ishfan melanjutkan, sektor-sektor yang biasanya mempunyai performa cukup baik setelah Pemilu antara lain,
industrial estate dan juga infrastruktur. "Dalam hal ini kami menyukai emiten-emiten semen," terang Ishfan. Di samping itu, perhatian terhadap sektor kesehatan juga akan memberi outlook lebih cerah kepada operator rumah sakit. Sementara sektor-sektor utama penggerak IHSG pasca Pemilu masih akan datang dari perbankan dan juga telekomunikasi.
Tantangan Pertumbuhan Ekonomi
Selain dari sisi pasar saham, Sinarmas Sekuritas juga membeberkan tantangan terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Isfhan menyoroti pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia naik 5,04% (YoY) pada kuartal IV-2023. Sejalan dengan estimasi konsensus 5% dalam survei
Bloomberg dan lebih tinggi dari pertumbuhan 4,94% yang tercatat pada kuartal III-2023. Capaian ini membawa pertumbuhan PDB tahun penuh menjadi 5,05%, sejalan dengan estimasi konsensus 5,03%, tetapi jauh di bawah target pemerintah sebesar 5,3% untuk 2023. Isfhan menilai, hasil PDB tersebut sesuai dengan ekspektasi.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham JSMR, MBMA dan INKP dari Ajaib Sekuritas Hari Ini (7/2) Secara komponen, Isfhan membeberkan semua item dalam PDB memenuhi ekspektasinya sebesar 100% dari proyeksi full-year. Kecuali ekspor-impor yang melebihi estimasi Sinarmas Sekuritas sebesar 2% dari proyeksi full-year. Pertumbuhan PDB didorong oleh ekspor dan investasi, sedangkan konsumsi tetap lesu karena kampanye beralih ke media sosial. Konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari setengah dari PDB hanya naik 4,5% pada kuartal IV-2023, laju terendah dalam hampir dua tahun dengan masyarakat kelas menengah atas mengalihkan pengeluaran dari dari sektor konsumtif ke produktif. Investasi, yang merupakan kontributor terbesar kedua terhadap pertumbuhan PDB, naik 5,02% pada kuartal IV-2023, sedikit lebih rendah dari pertumbuhan 5,8% pada kuartal III-2023. Sementara itu, ekspor berhasil mencatat ekspansi sebesar 1,6% pada kuartal IV-2023, setelah dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi. Selain itu, belanja pemerintah naik 2,8%, membalikkan kontraksi pada kuartal III-2023. "Melihat ke depan, kami memperkirakan konsumsi rumah tangga akan terus melambat, bersama dengan ekspektasi pendapatan ekspor yang lebih rendah tahun ini, sehingga kami merevisi perkiraan pertumbuhan PDB kami menjadi 4,9% untuk 2024F (sebelumnya 5%),” terang Isfhan. Pendorong utama laju pertumbuhan ekonomi 2024 akan datang dari investasi yang diperkirakan akan tumbuh mendekati 6%, juga ada sedikit harapan membaiknya konsumsi rumah tangga mendekati 5%. "Ini akan menjadi faktor penyeimbang di tengah perkiraan melemahnya faktor eksternal yang ditandai menipisnya
surplus neraca perdagangan," imbuh Isfhan. Laju pertumbuhan PDB 2024 diprediksi akan lebih rendah dari pencapaian sepanjang tahun 2023, di mana ekonomi Indonesia tumbuh 5,05%. Pertumbuhan PDB di tahun 2023 sudah melambat jauh dari 5,3% pada 2022 karena pertumbuhan ekspor yang lebih lemah. Hanya naik 1,3% tahun lalu, turun tajam dari 16,2% pada 2022. Sementara, konsumsi rumah tangga naik 4,8% tahun lalu dibandingkan dengan 4,94% pada 2022. Harga komoditas turun tahun lalu setelah melonjak pada 2022, menyebabkan komoditas ekspor utama, seperti batubara, kelapa sawit, dan nikel, memiliki nilai yang lebih rendah.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham HMSP, PTBA, BANK dan SMRA dari RHB Sekuritas, Rabu (7/2) Untuk proyeksi tahun 2024, Isfhan memperkirakan kontribusi saldo eksternal negatif terhadap PDB, karena prospek neraca perdagangan tampak lebih suram tahun ini. Ekonomi global yang lemah juga dapat membuat pengiriman ekspor tetap lesu.
Selain itu risiko terhadap ekonomi tetap ada karena inflasi pangan meningkat pada Januari sementara rupiah yang volatil. Kondisi ini mungkin membuat Bank Indonesia berhati-hati untuk melakukan pemotongan suku bunga di semester I-2024, dengan probabilitas pemangkasan suku bunga lebih tinggi pada semester II-2024. Secara keseluruhan, Isfhan memperkirakan pertumbuhan PDB sebesar 4.9% di tahun 2024. Proyeksi tersebut ditopang pertumbuhan 'Domestic Demand' sebesar 5%, namun akan tergerus kontribusi negatif dari faktor 'external balance' yang membuat pertumbuhan PDB sedikit lebih rendah. "Pasar saham mungkin akan merespon pelemahan PDB hanya dalam jangka pendek, karena pergerakan IHSG akan lebih berpengaruh pada sentimen Pemilu," tandas Isfhan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari