Prediksi Chatib Basri, pasar tradisional pulih dulu, mal dan entertainment sabar dulu



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Ekonomi Indonesia masih akan menantang di tahun ini dan tahun depan. Capaian realisasi ekonomi tahun ini masih akan berat, pun dengan tahun depan. 

Menteri Keuangan periode 2013-2015 Muhamad Chatib Basri mengatakan, berbeda dengan krisisi tahun 1997/1998 serta 2008, krisis ekonomi yang terjadi masih mampu memuat ekonomi bergerak. Tahun 1998, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 4,8%, sedangkan tahun 2008, ekonomi masih bisa tumbuh 6,1%.

Fokus pasar dalam negeri serta penurunan suku bunga saat itu masih mampu menggerakkan ekonomi Indonesia. “Yang terjadi saat ini berbeda, ekonomi bisa terkontraksi,” ujar Chatib di seminar online yang diadakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Banking School (IBS) bertajuk Dampak Covid-19 terhadap Kondisi Perekonominan dan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia, Jumat (3/7) yang juga diikuti KONTAN.


Pandemi corona atau Covid-19 memaksa orang berdiam diri di rumah. Ini berdampak negatif bagi perekonomian secara keseluruhan. Kata dia, kegiatan ekonomi terjadi karena adanya pertemuan antara pasar dan konsumen.  “Saat pandemi, tidak ada lagi pertemuan dan hal itu menggerus  ekonomi,” ujar dia. 

Ekonomi Indonesi terpukul lantaran masyarakat tak leluasa keluar, sebagai dampak kebijakan pembatasan sosial untuk menekan penyebaran Covid-19. Efeknya: konsumsi  yang selama ini menjadi andalan ekonomi terjun bebas. Akibat konsumsi yang anjlok, industri juga tak bisa berproduksi. Efeknya industri manukfaktur juga  terjun bebas.

Dalam kondisi seperti ini, kata Chatibm stimulus fiskal hanya bisa fokus ada tiga hal penting yakni sektor kesehatan untuk mengatasi Covid-19, lalu bantuan sosial bukan hanya untuk melindungi si miskin “Namun, seharusnya juga sebagai kompensasi ketika orang dipaksa tinggal di rumah,” ujar dia.

Sebab, daya tahan masyarakat di Indonesia  tergantung dari simpanan yang dimilikinya. “Jika punya tabungan, orang masih bisa menikmati kemewahan saat harus tinggal di rumah. Tapi buat yang tidak memiliki tabungan, dorongan untuk mencari penghasilan di luar rumah akan makin kuat," ujar dia.

Oleh karena itu,  kata dia, pasar tradisional akan lebuh cepat pulih dibandingkan dibandingkan mal. “Orang akan pilah pilah jika akan ke mal lagi karena ada risiko,” ujarnya. Karena itu pula, selain mal, sektor entertainment (bioskop, hiburan) juga belum akan pulih dalam waktu cepat.

Ketua IBS Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, S.H., LL.M menambahkan, pandemi Covid-19 telah menimpa hampir semua negara, termasuk Indonesia. Dampak dari penyebaran virus corona terjadi di berbagai bidang, baik sektor riil, dunia usaha mikro, kecil dan menengah, sektor jasa keuangan, dan sebagainya.

Perekonomian juga tumbuh melambat akibat terjadinya penurunan aktivitas ekonomi oleh masyarakat dan dunia usaha. “Ini memaksa setiap pihak melakukan penyesuaian,” ujar Titu, panggilan karib Kusumaningstuti dalam kesempatan yang sama. 

Penyesuaian harus, mulai  dari transportasi, industri manufaktur, pariwisata, perbankan, termasuk perguruan tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Titis Nurdiana