Prediksi Harga Emas Jelang FOMC dan Rilis Data NFP, Selasa (30/7)



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas hari ini diprediksi akan mengalami sedikit koreksi Selasa (30/7). Logam kuning tertekan kuatnya dolar Amerika Serikat (AS), namun diprediksi bakal lebih bersinar mendekati pertemuan FOMC di Rabu (31/7).

Menurut Analis Dupoin Indonesia Andrew Fischer, harga emas akan cenderung menurun karena sebelumnya telah terjadi pembalikan untuk kelanjutan penurunan tanpa adanya kenaikan sebelumnya. Namun, emas diperkirakan akan meningkat jelang pengumuman FOMC (Federal Open Market Committee) dan NFP (Non-Farm Payrolls) mendatang.

Fischer menyebutkan bahwa pergerakan emas masih cenderung akan lebih tinggi menjelang pengumuman berita FOMC dan NFP. Pengumuman ini sering kali menjadi pendorong utama volatilitas harga emas, karena mereka memberikan indikasi mengenai kebijakan moneter yang akan diambil oleh Federal Reserve AS.


Baca Juga: Rekomendasi Saham Pilihan Analis dan Arah IHSG untuk Perdagangan Hari Ini (30/7)

Selain itu, kondisi pasar saat ini juga memberikan gambaran yang mendukung prediksi penurunan harga emas. Pada hari Senin (29/7), harga emas melemah, tertekan oleh penguatan dolar Amerika Serikat. Harga emas turun 0,1% menjadi US$2,382.40 per ons troi. Emas berjangka AS untuk pengiriman bulan Agustus juga turun kurang dari 0,1% menjadi US$2,379.9 per ons troi.

Mengutip Bloomberg, Selasa (30/7) pukul 11.00 WIB, harga emas spot terpantau menguat tipis sekitar 0,07% ke level harga US$2.385 per ons troi dibandingkan posisi penutupan terakhir.

“Investor saat ini tengah menantikan pertemuan kebijakan Federal Reserve AS yang akan berlangsung minggu ini untuk mencari indikasi penurunan suku bunga,” kata Fischer dalam risetnya, Selasa (30/7).

Sementara itu, dolar AS menguat sekitar 0,3% ke level tertingginya dalam lebih dari dua minggu terakhir yang membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Konsumsi emas di Tiongkok, sebagai pengguna emas terbesar di dunia, juga mengalami penurunan sebesar 5,6% pada paruh pertama tahun 2024, terutama karena turunnya permintaan perhiasan emas.

Namun, Fischer melihat, terdapat peningkatan dalam pembelian emas batangan dan koin, yang menunjukkan adanya minat untuk lindung nilai terhadap risiko geopolitik, terutama di tengah kekhawatiran akan meluasnya konflik di Timur Tengah menyusul serangan roket di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Pasar juga bertaruh bahwa The Fed akan menetapkan dasar penurunan suku bunga pada pertemuan kebijakan pada hari Rabu. Hal ini didukung oleh arus masuk bersih ke dalam ETF emas (yang menyimpan emas batangan bagi investor) sebesar 9,8 metrik ton minggu lalu, menurut Dewan Emas Dunia.

“ETF emas sedang menuju arus masuk bersih sebesar 39 ton selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Juli,” ujar Fischer.

Di India, permintaan konsumen emas—termasuk perhiasan, batangan, dan koin—juga diperkirakan akan meningkat sebesar 50 metrik ton pada paruh kedua tahun 2024. Peningkatan ini didorong oleh pengurangan pajak impor emas negara yang dilakukan minggu lalu ke level terendah dalam 11 tahun, menurut World Gold Council.

Secara keseluruhan, Fischer menuturkan, meskipun ada beberapa faktor yang menekan harga emas saat ini, prospek jangka panjang tetap positif. Emas akan terus menjadi aset yang menarik bagi investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

“Oleh karena itu, memperhatikan pergerakan harga emas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya akan sangat penting bagi para investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat,” pungkas dia.

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Medco Energi (MEDC) di Tengah Fluktuasi Harga Minyak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati