Prediksi Harga Minyak Dunia Usai Capai level Tertinggi Sejak Oktober 2023



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga minyak dunia belakangan naik lagi. Bahkan mencapai level tertinggi sejak Oktober 2023.

Meski terjadi sedikit koreksi, harga minyak diperkirakan masih potensial melanjutkan penguatan.

Mengutip Reuters, Selasa (19/3), minyak mentah kontrak berjangka Brent untuk pengiriman Mei turun 15 sen menjadi US$86,74 per barel pada 0708 GMT. Sementara harga West Texas Intermediate (WTI) AS turun 13 sen menjadi US$82,03. Kontrak WTI bulan April, yang akan berakhir besok, turun 13 sen menjadi US$82,59.


Kedua tolok ukur tersebut mencapai level tertinggi dalam empat bulan di sesi sebelumnya. Pada Senin (18/3), minyak Brent kontrak berjangka naik US$1,55 atau 1,8%, menjadi US$86,89 per barel, sementara minyak mentah WTI AS naik US$1,68, atau 2,1%, menjadi US$82,72. Brent ditutup pada level tertinggi sejak 31 Oktober dan WTI ditutup pada level tertinggi sejak 27 Oktober 2023.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mencermati, kenaikan harga minyak saat ini didukung oleh lebih rendahnya ekspor minyak mentah dari Irak dan Arab Saudi, serta indikasi kuatnya permintaan dan pertumbuhan ekonomi di China dan Amerika Serikat (AS). Selain itu, tingginya jumlah pengolahan minyak di negara-negara besar di Asia semakin meningkatkan optimisme di sektor energi.

Baca Juga: Harga Minyak Tergelincir Selasa (19/3) Siang, Brent ke US$86,74 dan WTI ke US$82,03

Sutopo menyebut, Irak mengumumkan akan mengurangi ekspor minyak mentah mereka menjadi 3,3 juta barel per hari dalam beberapa bulan mendatang sebagai kompensasi atas kelebihan kuota OPEC+ sejak Januari. Di saat bersamaan, ekspor minyak mentah Arab Saudi juga mengalami penurunan selama dua bulan berturut-turut, menjadi 6,297 juta barel per hari di bulan Januari dibandingkan 6,308 juta barel per hari di bulan Desember.

Dari China, pabrik penyulingan dalam negeri memproses 14,5 MMbbls/hari selama dua bulan pertama tahun 2024 yang naik 3% year on year (yoy). Hal itu karena pabrik penyulingan China meningkatkan operasinya untuk memenuhi permintaan musim liburan.

Data aktivitas dan perdagangan China juga menunjukkan bahwa permintaan minyak selama dua bulan pertama tahun ini yaitu sekitar 14,4MMbbls/hari atau naik 6,1% yoy. Data dari Biro Statistik Nasional menunjukkan bahwa produksi minyak mentah di Tiongkok meningkat 3% yoy menjadi 35,1 juta ton antara bulan Januari dan Februari tahun ini.

Sutopo mengatakan bahwa harga minyak belakangan ini naik dipengaruhi oleh kekhawatiran pasokan akibat perang yang terus memanas. Sejalan dengan permintaan, International Energy Agency (IEA) di pekan lalu menaikkan perkiraan permintaan global untuk tahun 2024.

“Meningkatnya risiko geopolitik terus memicu kekhawatiran pasokan, setelah Ukraina meningkatkan serangan drone terhadap kilang minyak Rusia selama seminggu terakhir. Serangan itu menghentikan 7% kapasitas penyulingan Rusia pada kuartal pertama 2024,” ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Selasa (19/3).

Sementara dari pasar Asia, data pemerintah terbaru India menunjukkan bahwa penyulingan dalam negeri memproses 20,9 juta ton minyak mentah pada bulan Februari. Ini melebihi target pemerintah India yang ditetapkan sebesar 20,7 juta ton pada bulan tersebut. Sedangkan, impor minyak mentah India pada bulan Februari mencapai 18 juta ton atau turun sekitar 6,7% yoy.

Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer Harga minyak dunia memproyeksi harga minyak masih bisa lanjutkan kenaikan. Faktor utama yang mendukung kenaikan harga minyak dari ketersediaan pasokan dari produsen utama, termasuk Arab Saudi dan Rusia.

Andrew menjelaskan, pasokan dari kedua negara tersebut cenderung berkurang, sementara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) membatasi produksi untuk menjaga harga tetap stabil. Meskipun persediaan cadangan minyak masih cukup tinggi, namun kebijakan pembatasan produksi OPEC turut mempengaruhi dinamika pasar.

Di samping itu, konflik regional seperti antara Israel dan Hamas, serta ketegangan di wilayah Texas, Amerika Serikat, juga menjadi faktor penting dalam analisis pasar minyak. Ketegangan politik dan keamanan dapat mengganggu produksi dan distribusi minyak yang berpotensi meningkatkan kelangkaan dan mendorong kenaikan harga.

“Meskipun terjadi koreksi harga sesekali, namun tren umumnya menunjukkan kecenderungan harga minyak bakal naik,” ungkap Andrew dalam risetnya, Selasa (19/3).

Baca Juga: Sri Mulyani: Sepanjang Tahun Berjalan, Harga Komoditas Relatif Rendah

Di samping itu, Andrew menuturkan, prospek harga tidak hanya tercermin dari peningkatan harga minyak itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh dinamika pasar valuta asing, khususnya kinerja dolar AS.

Peningkatan harga minyak Brent juga menjadi catatan penting dalam mengukur perbedaan harga antara jenis minyak berbeda dan memahami dinamika pasar energi secara lebih luas.

Dukungan terhadap harga minyak dari level teknis, bersamaan dengan faktor-faktor fundamental seperti pasokan terbatas dan ketegangan geopolitik, memperkuat pandangan akan keberlanjutan tren naik harga minyak.

“Pasokan terbatas dan ketegangan regional menjadi pendorong utama di balik prediksi kenaikan harga dalam waktu dekat,” kata Andrew.

Sutopo bilang, kalender minyak untuk minggu ini cukup sepi, hanya akan ada laporan inventaris mingguan seperti biasa dari EIA dan American Petroleum Institute (API). Adapun data mingguan dari Baker Hughes menunjukkan bahwa jumlah rig minyak AS bertambah enam rig selama seminggu terakhir, dengan jumlah total rig minyak meningkat menjadi 510 untuk pekan yang berakhir 15 Maret 2024.

Ini merupakan jumlah rig minyak tertinggi sejak pekan yang berakhir 15 September 2023. Sehingga, menunjukkan bahwa menguatnya harga minyak membawa kembali investasi pada kegiatan eksplorasi minyak.

Dengan perkembangan terkini di pasar, Sutopo memperkirakan harga minyak mentah WTI diperdagangkan pada US$80,00 per barel pada akhir kuartal I-2024 dan diekspektasikan pada US$85,00 hingga akhir tahun. Sementara, harga minyak brent diperkirakan diperdagangkan pada US$84,00 per barel pada akhir kuartal ini dan US$88,00 hingga akhir tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat