KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini akan ikut dipengaruhi hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI), Rabu dan Kamis, 20-21 Juli 2022. RDG BI membahas soal arah bunga acuan. Penentuan tingkat suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) ini akan ikut menentukan arah IHSG di pekan ini. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menyebut, konsesus saat ini memperkirakan suku bunga acuan BI masih dipertahankan di 3,50%. Inflasi yang mulai naik di kisaran level 4,35% bulan lalu hanya sedikit di atas target pemerintah di level 4%.
Di sisi lain, Pandhu mengamati inflasi di Indonesia sebagian besar didorong harga bahan makanan yang meningkat 6,23% year on year (yoy). Kenaikan itu dipicu oleh lonjakan harga cabai dan bawang merah dalam sebulan terakhir dan harga minyak goreng yang masih jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu. Menurutnya, dalam kondisi seperti ini kebijakan menaikan suku bunga tidak akan berpengaruh banyak karena kunci permasalahan bukan dari tingkat uang beredar. Melainkan lebih karena pasokan yang mengalami gangguan seperti faktor cuaca dan pengiriman. Selain itu, kenaikan harga pupuk dan bahan baku import membuat para produsen bahan makanan terpaksa menaikkan harga jual. "Oleh karena itu kami lihat lebih baik BI mempertahankan suku bunga untuk sementara ini dan berusaha memperbaiki rantai pasokan supaya harga dapat lebih terkendali," jelas Pandhu kepada Kontan.co.id, Minggu (17/7).
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Kembali Melemah di Pekan Depan, Ini Sentimen yang Mempengaruhi Ia melihat, kebijakan pemerintah yang memberlakukan kebijakan DMO dan DPO minyak kelapa sawit untuk menurunkan harga minyak goreng terlihat lebih baik dibandingkan menikkan suku bunga. Begitu pula dengan kebijakan pemerintah lainnya seperti membatasi subsidi BBM terutama terhadap mobil mewah, sehingga diharapkan masyarakat kecil tidak terlalu terdampak. Apabila BI mempertahankan suku bunga acuan memang ada beberapa risiko yang perlu dicermati yakni capital outflow yang akan kembali terjadi. Mengingat tingkat inflasi sudah lebih tinggi daripada tingkat suku bunga sehingga secara rata-rata tingkat pengembalian investasi di Indonesia menjadi kurang menarik. Apalagi jika kurs rupiah kembali bergerak melemah, maka akan semakin menurunkan tingkat pengembalian bagi investor asing karena tergerus juga oleh selisih kurs. Kendati begitu, dampak negatif itu ke pergerakan IHSG cenderung tidak signifikan karena kondisi sejauh ini masih terkendali. Apabila BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan, IHSG berpotensi bergerak di kisaran 6.500 hingga 6.800. Sementara itu, apabila BI mengerek suku bunga acuan, dampaknya akan lebih besar secara fundamental karena daya beli masyarakat akan menurun dan berpotensi membuat ekonomi terkontraksi lebih cepat. Dus, Pandhu memperkirakan IHSG akan menembus level support kuatnya di level 6.500 atau bisa turun hingga kisaran 6.300 hingga 6.400 apabila BI meningkatkan suku bunga acuan.
Senada, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, memang ada peluang bagi BI mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps dalam RDG pekan ini, mengingat rupiah yang terus melemah. Akan tetapi, Wawan memperkirakan BI masih akan mempertahankan suku bunganya di 3,5%. Ia menilai, kondisi fundamental Indonesia masih cukup kuat dan likuditas yang ada di bank masih lebar. Apabila BI ingin melakukan pengetatan, BI sebenarnya masih memiliki opsi meningkatkan Giro Wajib Minimum (GMW). Apalagi penyaluran kredit bank ke masyarakat belum menyamai kondisi sebelum pandemi. Selain itu, opsi subsidi juga dapat dilakukan oleh pemerintah mengingat cadangan devisa yang mencukupi. "Pertimbangan pemerintah bukan hanya masalah menahan inflasi, tetapi juga menjaga daya beli masyarakat," kata Wawan, Minggu (17/7).
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten-Emiten yang Akan Buyback Saham Ini Lebih lanjut ia mengungkapkan, pemerintah akan cenderung mengambil langkah untuk mempertahankan kestabilan ekonomi. Apabila suku bunga acuan BI dipertahankan dampaknya ke IHSG akan menguat tipis dengan level support di 6.700 dan resistance di 6.800. Apabila suku bunga acuan BI ditingkatkan hingga 25 bps pekan ini, ia memperkirakan IHSG akan meningkat lebih tinggi melebihi 6.800. Penguatan itu bisa terjadi karena pelaku pasar cenderung mendapat kepastian dan adanya sentimen laporan keuangan kuartal II 2022 yang diprediksi positif. Dengan catatan, penguatan itu akan terjadi setelah IHSG koreksi terlebih dahulu sebelum keputusan tekait suku bunga acuan diumumkan. Penurunan itu terjadi karena pelaku pasar perlu melakukan penyesuaian terlebih dahulu. Wawan menambahkan, kendati belum akan menaikan suku bunga acuan dalam RDG pekan ini, BI berpeluang meningkatkan suku bunga acuan antara 75 bps hingga 100 bps dari level saat ini, hingga akhir tahun. Analis Mirae Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama juga berpendapat, peluang BI menahan tingkat suku bunga acuan di level 3,50% masih besar. BI akan cenderung memilih kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Belum lagi kondisi inflasi di tanah air yang sebenarnya tidak jauh berbeda dari koridor yang ditetapkan sebelumnya. Kendati BI mempertahankan suku bunga acuan, Nafan mencermati IHSG masih akan lebih dipengaruhi oleh sentimen the Fed yang agresif mengerek suku bunga yang bedampak pada kondisi ekonomi global. Belum lagi masyarakat yang khawatir kondisi saat ini mengarah pada resesi. Dus, pergerakan IHSG berpotensi mixed dengan support di kisaran 6.609 hingga 6.560. Sementara resistance di 6.768 hingga 6.719. Berbeda, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan. Kenaikan itu dilakukan untuk mengantisipasi keluarnya dana atau outflow yang bisa memberikan teknanan pada IHSG. Adapun outflow dana ini sebenarnya sudah mulai terlihat dalam beberapa waktu belakang. Selain itu, apabila BI tidak segera menaikan suku bunga, mata uang rupiah akan semakin tertekan. Hans Kwee pun memperkirakan suku bunga BI memungkinkan meningkat sebesar 25 bps saja. Menurutnya, BI belum memiliki alasan yang cukup kuat untuk meningkatkan suku bunga acuan lebih tinggi dari itu, mengingat kondisi inflasi inti yang sebenarnya masih baik. "BI hanya menaikkan suku bunga untuk mengurangi tekanan pada nilai tukar," jelas dia, Minggu (17/7).
Ia pun memperkirakan secara keseluruhan suku bunga acuan dapat meningkat antara 50 bps hingga 75 bps sepanjang tahun 2022. Apabila suku bunga ditingkatkan hingga 25bps pada RDG pekan ini, IHSG berpotensi begerak menguat dengan level support 6.509 hingga 6.400, sementara resistance-nya di level 6.757 hingga 7.070. Sementara itu, apabila BI justru mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50%, ini bisa menjadi sentimen negatif bagi IHSG sehingga cenderung melorot ke kisaran level 6.500 hingga 6.400-an.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Berbalik Menguat, Simak Rekomendasi Saham Untuk Senin (18/7) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat