Prediksi Rupiah di Bulan Terakhir Semester I 2024, Senin (3/6)



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah bergerak di atas Rp 16.200 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir Mei. Mengutip Bloomberg, Jumat (31/5), rupiah spot menguat tipis 0,08% ke level Rp 16.252 per dolar AS. Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) juga menguat terbatas sekitar 0,01% ke level Rp 16.251 per dolar AS, dibandingkan hari sebelumnya Rp 16.253 per dolar AS.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, rupiah terus melemah di saat Indeks Dolar AS stabil pada perdagangan akhir pekan, Jumat (31/5). Hal itu karena investor bersiap untuk laporan indeks harga Price Consumption Expenditure (PCE) AS untuk bulan April 2024.

“Data inflasi PCE AS merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed,” ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (31/5).


Sutopo berujar, dolar sempat berada di bawah tekanan dan mengikuti penurunan imbal hasil Treasury AS karena data yang direvisi menunjukkan bahwa ekonomi Amerika tumbuh dengan laju tahunan yang lesu sebesar 1,3% pada kuartal pertama. Ini lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 1,6% terutama karena belanja konsumen yang lebih lambat.

Baca Juga: Simpanan DPK Valas di Sejumlah Perbankan Meningkat

Menurut Sutopo, rupiah bakal cenderung mendatar namun tetap rentan pada perdagangan Senin (3/6). Proyeksi itu karena karena pelaku pasar tengah menunggu laporan pekerjaan AS.

Pasar juga akan menunggu laporan inflasi Indonesia pada hari Senin. Data ini penting karena akan menjadi masukan untuk Bank Indonesia (BI) dalam menentukan kebijakan moneter ke depan.

“Data aktual yang keluar di atas perkiraan akan mendukung rupiah karena dengan demikian Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga tetap lebih tinggi. Data yang lebih lemah, akan membebani rupiah,” imbuh Sutopo.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencermati bahwa rupiah mengalami penguatan terbatas di tengah pelemahan mayoritas mata uang Asia lainnya terhadap dolar AS. Rupiah dibuka menguat akibat data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang direvisi ke bawah, namun penguatan Rupiah tersebut terbatasi akibat data manufaktur Tiongkok.

“Pergerakan rupiah pada hari ini bergerak pada level Rp16.240 hingga Rp16.263 per dolar AS, dan ditutup menguat terbatas,” ucap Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (31/5).

Baca Juga: LQ45 Terpuruk Saat IHSG Ambruk, Simak Rekomendasi Saham Blue Chip Berikut

Josua menuturkan, rupiah telah terdepresiasi sekitar 1,58% secara mingguan atawa week to week (WtW) di pekan ini. Pelemahan rupiah akibat pernyataan-pernyataan pejabat the Fed yang mengarah ke narasi hawkish, lalu diikuti oleh beberapa data AS yang cenderung solid.

Josua memperkirakan rupiah berpotensi bergerak menguat sejalan dengan potensi data tenaga kerja AS yang semakin melonggar. Amerika dijadwalkan akan merilis data tenaga kerja di pekan depan antara lain ISM Manufacturing PMI dan Jolts Job Opening.

Josua memproyeksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.175 per dolar AS–Rp 16.300 per dolar AS. Sedangkan, Sutopo memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.200 per dolar AS–Rp 16.300 per dolar AS di perdagangan Senin (3/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati