Premi asuransi jiwa masih bisa naik dua digit, ini pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis asuransi jiwa biasanya diwarnai tren positif dengan pertumbuhan premi dua digit dalam beberapa tahun ke belakang. Namun hingga kuartal III-2018, kenaikan premi yang didapat pelaku usaha tercatat baru satu digit. Meski begitu, dengan sisa waktu yang ada industri yakin bisa mempertahankan tren positif di akhir tahun nanti.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sampai September 2018 pelaku usaha asuransi jiwa membukukan pendapatan premi sebayak Rp 141,1 triliun, naik 7,05% bila dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama di 2017.

Meski baru naik satu digit hingga sembilan bulan pertama tahun ini, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu masih menyimpan optimisme soal potensi pertumbuhan premi sampai tutup tahun nanti. Perputaran roda di bisnis di kuartal IV-2018 diyakini bakal lebih kencang.

Periode tiga bulan terakhir memang dinilai sebagai salah satu momen yang biasa diisi oleh pertumbuhan pasar asuransi jiwa yang lebih besar. Diantaranya dari premi renewal yang banyak dilakukan pada kuartal IV.

Di sisi lain, pelaku industri biasanya akan makin menggenjot pemasaran di periode ini untuk bisa memenuhi target premi dari masing-masing perusahaan. Karenanya ia menilai pertumbuhan premi sebesar dua digit masih cukup realistis.

Sepanjang tahun ini AAJI memperkirakan premi yang masuk kantong pelaku usaha bisa menembus Rp 221,19 triliun. Angka ini lebih tinggi 14,4% kalau dibandingkan dengan perolehan pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 193,32 triliun. "Tren pertumbuhan premi sebesar dua digit masih bisa dipertahankan," katanya belum lama ini.

Dinamika ekonomi yang terjadi dinilai tak akan berpengaruh signifikan bagi perolehan premi asuransi jiwa. Pasalnya dalam empat sampai lima tahun terakhir, rata-rata premi asuransi jiwa juga bisa naik dua digit meski diwarnai naik-turunnya ekonomi domestik maupun global.

Sementara dari sisi produk, baik unitlink maupun tradisional dinilai punya potensi yang sama besar. Ia menilai kedua produk ini punya segmen pasar sendiri yang sama-sama tumbuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi