JAKARTA. Bisnis asuransi jiwa tumbuh lumayan di tahun ini. Hal ini tercermin dari pertumbuhan premi dan hasil investasi yang naik dua digit per September 2016. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per September pendapatan premi asuransi jiwa tercatat Rp 95,6 triliun naik 21,3% secara
year on year (yoy). Pertumbuhan premi mendongkrak jumlah aset yang tumbuh 24,02% menjadi Rp 383,1 triliun. Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim mengatakan, kondisi ekonomi makro yang lebih baik dibandingkan tahun lalu memompa kinerja asuransi jiwa di tahun ini.
Faktor lainnya, makin pahamnya masyarakat akan pentingnya produk proteksi. Hal ini berdampak pada permintaan produk asuransi jiwa. AAJI mencatat, pada semester pertama 2016, jumlah tertanggung individu meningkat hingga 15,1%. "Hal ini menunjukan kesadaran untuk berasuransi terus meningkat," ujar Hendrisman. Selain itu, perusahaan asuransi jiwa juga terus melakukan inovasi produk agar makin bisa memenuhi kebutuhan masyarakat yang tentunya beragam. Sehingga, produk baru terus muncul dan diterima pasar. Tidak hanya produk, pengembangan juga dilakukan dari sisi saluran distribusi. Perusahaan asuransi jiwa terus mendekatkan diri dengan pasar lewat penambahan jumlah tenaga pemasaran termasuk jalur
bancassurance. Asuransi jiwa juga diuntungkan dengan tren positif pasar modal yang mendorong penjualan asuransi, terutama produk unitlink. Pamor unitlink yang menanjak mendorong perusahaan asuransi jiwa merilis produk baru asuransi berbalut investasi ini. Berkaca pada tren saat ini, Hendrisman yakin, pertumbuhan premi asuransi jiwa sampai pengujung tahun bisa mencapai 20% dibandingkan tahun lalu. Manisnya bisnis asuransi jiwa juga dirasakan PT Asuransi Jiwasraya. Premi Jiwasraya tercatat tumbuh 76% menjadi Rp 12,5 triliun per September 2016. Direktur Jiwasraya Hary Prasteyo mengakui pada tahun ini, pihaknya memang agresif dari sisi pemasaran. "Dari awal tahun kami sudah rajin mencari pasar-pasar baru," ujarnya. Salah satu hal yang dilakukan adalah menggenjot distribusi
bancassurance. Saluran ini dimanfaatkan terutama untuk menggaet nasabah dari kalangan menengah ke atas.
Kontribusi dari jalur
bancassurance mencapai sekitar 50% dari total premi Jiwasraya. Sementara, jalur
employee benefit dan keagenan masing-masing menyumbang 30% dan 20% dari total premi. Seiring kenaikan premi, hasil investasi asuransi jiwa juga ikut menanjak. Per September 2016, hasil investasi yang dikantongi industri ini mencapai Rp 23,1 triliun. Padahal pada periode sama tahun lalu, hasil investasi perusahaan asuransi jiwa minus sebesar Rp 1,1 triliun. Selepas pertengahan tahun lalu, indeks saham memang mengalami penurunan tajam sehingga hasil investasi pun terpuruk. Namun pada saat ini, kondisi investasi sudah berangsur pulih yang membuat kinerjanya pun ikutan merekah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini