KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah premi perlindungan asuransi gempa bumi atau Earthquake (EQVET) berpotensi meningkat seiring gempa yang terjadi belakangan ini. Asuransi gempa bumi penting dimiliki oleh masyarakat, perusahaan atau industri, dan pemerintah. Direktur Teknik PT Reasuransi Maipark Indonesia Heddy Agus Pritasa menerangkan, hingga 1 Desember 2022 jumlah laporan yang masuk dari perusahaan asuransi umum atas gempa bumi Cianjur, Jawa Barat, pada 21 November 2022 adalah 87 laporan dengan nilai pertanggungan sebesar Rp 47,3 triliun dengan nilai klaimnya hampir Rp 9 miliar. "Penyumbang jenis okupasi dalam klaim gempa Cianjur berasal dari sektor komersial sebanyak 135 risiko dan yang paling kecil rumah tinggal sebanyak 20," kata Heddy saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (9/12).
Baca Juga: Asuransi Jasindo Lindungi Aset Pemerintah di Cianjur Heddy memandang, sektor industrial, masyarakat, dan pemerintah perlu memilki asuransi gempa bumi. Menurutnya, di beberapa negara yang memiliki kerawanan bencana seperti Indonesia, Jepang, Turki, dan Taiwan, memiliki skema kerja sama Public Private Partnership yang sudah lama terkait mitigasi asuransi seperti gempa bumi untuk rumah tinggal. "Saat ini, Indonesia baru memiliki skema PPP dalam bentuk asuransi barang milik negara untuk risiko aset negara," ujar Heddy. Dampak dari gempa bumi memang menyasar pada kerusakan di sektor perindustrian, komersial, dan agrikultur, baik itu berupa gedung, pabrik, mesin, dan lainnya. Heddy memprediksi jumlah perlindungan asuransi gempa bumi bakal meningkat seiring gempa yang terjadi belakangan ini. Heddy menjelaskan, seperti tren yang berulang saat terjadi gempa bumi besar, peningkatan jumlah premi asuransi akan lebih mudah terlihat dalam 6 bulan ke depan setelah terjadinya gempa tersebut. "Hal ini untuk melihat konsistensi peningkatan pembeliannya dari bulan ke bulan setelah gempa terjadi. Namun, secara umum kami prediksi akan ada peningkatan," tutur Heddy.
Baca Juga: Maipark Mencatat Sudah Ada 32 Laporan Klaim Masuk terkait Gempa Cianjur Heddy bilang, mengambil contoh kejadian gempa Cianjur, perlu adanya program awareness gempa bumi dan bencana lainnya untuk masyarakat, perlu adanya simulasi ketika ada gempa bumi, serta perlu adanya program mitigasi, misalnya bagaimana masyarakat membangun kembali rumah yang tahan gempa bumi dan asuransi gempa bumi untuk masyarakat. Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan wilayah di Indonesia yang rawan gempa dan tsunami di antarannya Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jateng, Jogjakarta, Jatim, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulut, Sulteng, Sulsel, Maluku Uatara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak di Papua serta Balikpapan. Pengamat Asuransi Azuarini Diah menyarankan masyarakat dan industri untuk membeli asuransi gempa bumi. Menurutnya, apabila masyarakat berada di wilayah yang berpotensi gempa bumi, maka disarankan membeli asuransi gempa bumi. Azuarini menuturkan, asuransi gempa bumi memang layaknya asuransi tambahan yang bisa dibeli dan bisa tidak karena harga premi yang lumayan tinggi.
"Namun, apabila masyarakat di area rawan gempa, sebaiknya beli saja," kata Azuarini saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (11/12). Apalagi, kata dia, tahun 2023 dihadapkan pada ancaman resesi, maka harus pandai mengelola keuangan. "Bayar premi lebih baik daripada kita harus kehilangan harta benda," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi