Presdir BNP Paribas AM Maya Kamdani Andalkan Reksadana Untuk Kebutuhan Finansial



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Presiden Direktur PT BNP Paribas Asset Management (BNP Paribas AM) Maya Kamdani jatuh cinta dengan reksadana. Di dunia Maya, reksadana merupakan instrumen investasi andalan yang paling menguntungkan.

Lebih dari separuh investasi Maya Kamdani ditempatkan pada aset reksadana. Selama bertahun-tahun, Maya tetap mempercayakan reksadana sebagai sumber dalam memenuhi kebutuhan finansialnya.

Ketertarikan Maya pada investasi reksadana bermula saat pertama kali dia bekerja. Reksadana sekaligus menjadi instrumen investasi pertama yang dijajal oleh orang nomor satu di BNP Paribas AM tersebut.


Kebetulan, pekerjaan Maya waktu itu salah satu tugasnya adalah memberikan edukasi dan pelatihan tentang investasi reksadana. Sehingga, Maya mendorong diri untuk belajar dan lebih tahu tentang seluk beluk reksadana.

Baca Juga: Suku Bunga Turun, Emas Mencatat Kuartal Terbaik Dalam Delapan Tahun

Tuntutan pekerjaan itulah yang mendekatkan Maya lebih erat dengan reksadana. Dia membaca prospektus, memahami aturan industri, serta pelajari bagaimana imbal hasil dapat tercipta dari reksadana.

"Saya langsung coba investasi waktu itu, supaya saya tahu ini apa sih maksudnya reksadana, cara belinya seperti apa, dan karakteristiknya seperti apa. Itu pertama kali saya coba berinvestasi," ungkap Maya kepada Kontan.co.id, Selasa (24/9).

Maya menceritakan bahwa baru menyadari betapa pentingnya investasi saat pertama kali bekerja. Itupun karena merupakan bagian dari tuntutan pekerjaan. Namun, sebetulnya bidang finansial bukanlah sesuatu yang baru baginya.

Maya mendapatkan gelar Bachelor of Science di bidang keuangan dari Bentley College, Amerika Serikat (AS) pada tahun 1996, dan juga memperoleh gelar Master of Business Administration dengan konsentrasi di bidang Keuangan pada tahun 1997.

Baca Juga: Wakil Dirut Bank Mandiri Alexandra Askandar: Jangan Panik Saat Investasi Turun

Kemudian, dia memulai karirnya sebagai Financial Analyst di perusahaan konsultasi investasi di Boston, AS, sebelum kembali ke Indonesia di tahun 1998 dan berkarir di ABN Amro Bank. Di tahun 2000, Maya melanjutkan karir di PT ABN AMRO Manajemen Investasi selama hampir enam tahun.

Di sisi lain, Maya banyak belajar dari cerita rekan kerja yang sudah berkeluarga mengenai betapa pentingnya investasi. Dari situ, mulai timbul kesadaran bahwa investasi sangat diperlukan untuk kebutuhan masa mendatang.

"Jadi waktu pertama kali mulai investasi memang pada saat mulai bekerja. Tapi sejak saya menikah dan waktu hamil, saya udah mulai mikirin perlu dana untuk anak sekolah," tutur Maya.

Baca Juga: Cerita Dima Djani, CEO Alami yang Fokus Investasi di Sektor Private

Jatuh Cinta dengan Reksadana pada Pandangan Pertama

Setelah mendalami seputar investasi reksadana, Maya enggan berpaling ke instrumen investasi lain. Menurutnya, investasi reksadana merupakan investasi paling menguntungkan dan cocok dengan kebutuhan finansial pribadi.

Maya menilai, berinvestasi reksadana sangat gampang karena pengelolaannya sudah dibantu oleh Manajer Investasi (MI). Sehingga, investor dengan waktu terbatas seperti dirinya, bisa memilih menu produk reksadana yang disajikan oleh MI.

Di sisi lain, produk reksadana telah lengkap menyediakan berbagai jenis aset meliputi saham, obligasi, instrumen pasar uang atau bahkan gabungan dari berbagai kelas aset tersebut. Pilihan beragam aset inilah yang membuat Maya lebih ingin memaksimalkan investasi cukup di instrumen reksadana saja.

"Begitu saya belajar reksadana, tahu apa nama dan manfaatnya, saya sih nggak mau ke tempat lain. Isinya pun juga sudah bermacam-macam. Udah saya tinggal merem aja kasarannya," imbuh Maya.

Baca Juga: Timothius Martin, CMO Pintu: Disiplin Penting Untuk Menjaga Nilai Investasi

Sejak mulai melek investasi, Maya mengalokasikan sebagian besar portofolio investasinya ke reksadana saham. Kelas aset saham dimanfaatkan sebagai kebutuhan jangka panjang di antaranya untuk dana pendidikan.

Menurut Maya, reksadana saham cocok untuk dimanfaatkan sebagai dompet bagi kebutuhan anak sekolah hingga kuliah. Walau berfluktuasi dan berisiko, imbal hasil reksadana saham cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Sisanya, investasi Maya ditempatkan pada instrumen jangka pendek seperti reksadana pasar uang dan Deposito untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti belanja. Di luar investasi, Ibu dua anak ini juga mengalokasikan dana ke tabungan.

Pada awalnya, reksadana saham mendominasi portofolio investasi Maya hingga mencapai 70%. Namun saat ini porsi tersebut perlahan dikurangi menjadi 50% karena anak-anak sudah mulai berkuliah.

Sementara itu, sisanya dibagi rata antara reksadana pasar uang dan deposito. Sehingga, portofolio investasi Maya Kamdani saat ini terdiri dari 50% reksadana saham, 25% reksadana pasar uang, dan 25% deposito.

Baca Juga: Direktur Metropolitan Land (MTLA) Olivia Surodjo Memetik Hasil Disiplin Investasi

Untung Rugi Hal Biasa Dalam Investasi

Maya berpesan kepada investor, terutama yang baru memulai berinvestasi, untuk mencari tahu lebih dulu tujuan investasi. Dari tujuan tersebut, investor bisa memperkirakan kecukupan dana yang diperlukan di masa mendatang.

Tujuan investasi tersebut juga penting untuk menentukan jangka waktu investasi dan profil risiko investor. Misalnya kalau keperluan untuk dana pendidikan anak, maka investasi dipersiapkan untuk kebutuhan jangka panjang dan perlu cari imbal hasil yang optimal.

"Jadi contohnya horizon investasi saya tadi 18 tahun untuk anak sekolah hingga kuliah, saya berani untuk agresif di reksadana saham karena tahu kebutuhannya masih lama. Tapi kalau untuk kebutuhan uang sekolah setiap bulan atau TK yang cuma 2 tahun, saya alokasikan ke deposito," ucapnya.

Nah, setelah mengetahui tujuan, jangka waktu investasi, serta profil risiko, investor harus cari tahu produk investasi yang sesuai. Dan bukan hanya sekadar tahu, tetapi juga harus mempelajari karakteristik produk yang dicocokkan dengan tujuan, jangka waktu, serta profil risiko.

Maya melanjutkan, langkah berikutnya adalah investor perlu mengetahui penerbit atau pengelola dari produk investasi tersebut. Ini sebagai upaya terhindar dari investasi berhenti di tengah jalan karena pengelola tidak memiliki rekam jejak positif.

Baca Juga: Johannes Suriadjaja: Mengatur Portofolio Investasi Butuh Seni dan Kesabaran

Di samping itu, investor perlu memahami bahwa risiko adalah bagian tak terpisahkan dari investasi. Sehingga, pengelolaan investasi harus disikapi dengan bijak saat potensi kerugian datang.

Berdasarkan pengalaman lebih dari 20 tahun di industri pasar modal, Maya menilai bahwa ketenangan adalah kunci ketika performa aset investasi tengah lesu. Sebab, kekhawatiran berlebih justru mendorong investor mengambil langkah yang tidak semestinya dilakukan.

Maya tak menampik bahwa dirinya sempat didera kerugian investasi pada saat krisis tahun 2008. Saat krisis global terjadi di tahun tersebut, sekitar 50% imbal hasil investasinya turun yang merupakan dana untuk pendidikan anak.

Namun, Maya tetap tenang dan pada akhirnya kerugian setahun justru berbalik menjadi untung lebih dari 80% di tahun 2009. Hal ini sejalan dengan pasar saham yang berbalik menguat (rebound) usai krisis global kala itu.

"Saya waktu itu sibuk mengedukasi nasabah untuk tidak panik karena yang hilang hanya nilai di kertas atau unrealized loss. Selama kita tidak menjual, itu tidak terealisasi. Jadi, kalau rugi dan untung itu pasti akan ada dalam investasi, yang terpenting jangan panik," pungkas Maya.

Selanjutnya: Kenangan di Telaga Mboromo Gunung Kidul yang Kini Mulai Surut

Menarik Dibaca: 5 Cara Mencegah Mata Panda Untuk Kembalikan Tampilan Segar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati