JAKARTA. Sudah mengenal dunia bisnis sejak kecil tak menjadikan Kyatmaja Lookman akrab dengan dunia investasi. Perkenalannya dengan instrumen investasi baru terjadi saat Kyat, panggilan akrab Kyatmaja, berusia 27 tahun. Kala itu, ketertarikannya jatuh pada reksadana yang ia coba sebagai alternatif investasi. Ini ia lakukan tepat tiga tahun setelah Kyat menyelesaikan program Master of Business Administration (MBA) di University of Technology, Sydney, Australia. Perjalanannya dalam investasi di reksadana tergolong sukses. Karena saat masuk, Kyat sempat menikmati momentum Indeks Harga IHSG terbang tinggi dari 2.500 ke posisi 4.500. "Saat masuk timing-nya tepat, karena saat itu pasar sedang turun," ujarnya. Meski berhasil meraup untung, Kyat ternyata tidak melanjutkan investasi di instrumen reksadana. Menurutnya, kini pergerakan IHSG cenderung stagnan. Artinya kenaikan dan penurunan IHSG tidak pernah terlalu tajam. Otomatis, keadaan ini menjadikan investasi di reksadana tak lagi semenarik sebelumnya. Lantaran gain yang diperoleh lebih rendah. Alasan lain, Kyat ingin lebih fokus berinvestasi pada bisnisnya sendiri. Apalagi sejak selesai menempuh studi masternya di Negeri Kanguru, Kyat langsung menjabat sebagai CEO di PT Lookman Djaja, menggantikan sang ayah.
Presdir PT Lookman pilih investasi konservatif
JAKARTA. Sudah mengenal dunia bisnis sejak kecil tak menjadikan Kyatmaja Lookman akrab dengan dunia investasi. Perkenalannya dengan instrumen investasi baru terjadi saat Kyat, panggilan akrab Kyatmaja, berusia 27 tahun. Kala itu, ketertarikannya jatuh pada reksadana yang ia coba sebagai alternatif investasi. Ini ia lakukan tepat tiga tahun setelah Kyat menyelesaikan program Master of Business Administration (MBA) di University of Technology, Sydney, Australia. Perjalanannya dalam investasi di reksadana tergolong sukses. Karena saat masuk, Kyat sempat menikmati momentum Indeks Harga IHSG terbang tinggi dari 2.500 ke posisi 4.500. "Saat masuk timing-nya tepat, karena saat itu pasar sedang turun," ujarnya. Meski berhasil meraup untung, Kyat ternyata tidak melanjutkan investasi di instrumen reksadana. Menurutnya, kini pergerakan IHSG cenderung stagnan. Artinya kenaikan dan penurunan IHSG tidak pernah terlalu tajam. Otomatis, keadaan ini menjadikan investasi di reksadana tak lagi semenarik sebelumnya. Lantaran gain yang diperoleh lebih rendah. Alasan lain, Kyat ingin lebih fokus berinvestasi pada bisnisnya sendiri. Apalagi sejak selesai menempuh studi masternya di Negeri Kanguru, Kyat langsung menjabat sebagai CEO di PT Lookman Djaja, menggantikan sang ayah.