Presiden: Akses finansial bantu pengentasan kemiskinan



JIMBARAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan pentingnya akses finansial bagi upaya pengentasan kemiskinan. Pasalnya, sebagian besar masyarakat miskin belum memiliki akses terhadap layanan keuangan, seperti tabungan, pinjaman, transfer pembayaran, dan asuransi dengan biaya murah. "Pengecualian masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah dari layanan finansial hanya akan memperburuk kehidupan mereka. Kami berharap, mereka bisa mendapatkan layanan finansial yang terjangkau," ujar SBY dalam pidatonya di The 2010 AFI Global Policy Forum di Ayana Resort, Jimbaran, Bali, Senin (27/9). Presiden percaya, hal tersebut akan membuka berbagai kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan mempersempit kesenjangan sosial. Inklusi finansial ini akan menghubungkan masyarakat yang semula terasing dari perekonomian dan mereka akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut data Bank Dunia, ada 1,4 miliar orang di dunia yang berpendapatan di bawah US$ 1,25 per hari. Di Indonesia, angka kemiskinan terus menurun dari 16,7% populasi penduduk di tahun 2004 menjadi 14,1% di 2009 dan 13,3% per Maret 2010. SBY mengatakan, hal tersebut berkat strategi progrowth, projobs, propoor, dan proenvironment. Ia berharap, forum AFI mampu menjadi forum untuk saling berbagi pengalaman dan belajar mengenai inklusi finansial. Dalam acara yang dihadiri gubernur bank sentral sejumlah negara berkembang ini, presiden turut mempromosikan pariwisata Bali. SBY menyebut Bali sebagai lokasi film Eat, Pray, and Love yang dibintangi oleh Julia Roberts. "Walaupun Anda hanya tinggal di sini selama beberapa hari, saya berharap suatu hari Anda bisa datang kembali bersama keluarga Anda ke Indonesia di mana Anda bisa eat, pray, and love sebanyak yang Anda inginkan," tuturnya. Dalam pembukaan The 2010 AFI Global Policy Forum ini, presiden didampingi oleh Ibu Ani Yudhoyono, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa, Menteri Perdagangan Marie Pangestu, Menteri Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan, dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can