Presiden Azerbaijan: Kami akan terus berjuang sampai Armenia hengkang dari tanah kami



KONTAN.CO.ID - AZERBAIJAN. Presiden Azerbaijan berjanji untuk terus berjuang sampai pasukan Armenia meninggalkan wilayah sengketa. Hal itu diungkapkan Presiden pada hari keempat pertempuran sengit di wilayah tersebut.

"Kami hanya memiliki satu syarat: angkatan bersenjata Armenia harus tanpa syarat, sepenuhnya, dan segera meninggalkan tanah kami," kata Presiden Ilham Aliyev seperti yang dikutip BBC.

Sejak perang berlangsung, angka kematian yang dilaporkan sudah melebihi 100 orang. Dapat dikatakan, ini merupakan pertempuran terburuk selama bertahun-tahun di wilayah Nagorno-Karabakh. Meski secara resmi wilayah tersebut merupakan bagian dari Azerbaijan, namun wilayah itu diperintah oleh etnis Armenia.

BBC memberitakan, kedua negara bekas republik Soviet tersebut berperang pada 1988-1994 untuk memperebutkan wilayah tersebut. Meskipun Armenia mendukung republik yang dideklarasikan sendiri, namun tidak pernah secara resmi mengakuinya.

Baca Juga: Perang Armenia vs Azerbaijan, Azerbaijan klaim bunuh ribuan tentara Armenia

Hingga kini, belum jelas apa yang menyebabkan pertempuran terbaru yang merupakan pertempuran terberat sejak gencatan senjata tahun 1994. Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa kekuatan internasional dapat terseret ke dalam konflik tersebut.

Pada Rabu (30/9/2020), Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dirinya sangat prihatin dengan pesan-pesan perang yang datang dari Turki, sekutu setia Azerbaijan.

Seperti yang diketahui, Turki menyatakan "sepenuhnya siap" untuk membantu Azerbaijan untuk memulihkan kantong wilayah itu.

Baca Juga: Turki: Kami bersama Azerbaijan, baik di meja perundingan maupun medan pertempuran!

Sementara itu, masih menurut BBC, kementerian pertahanan Armenia merilis gambar jet SU-25 Armenia yang dikatakan telah ditembak jatuh oleh F-16 Turki pada hari Selasa. Turki telah menolak tuduhan itu sebagai "propaganda murahan" dan Azerbaijan mengatakan Armenia berbohong tentang penyebabnya.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie