Presiden bidik investor Timur Tengah masuk SBN



JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengejar investor asal Timur Tengah. Untuk menarik investasi masuk ke Indonesia, mulai akhir pekan lalu Presiden Jokowi mengunjungi beberapa negara Timur Tengah, antara lain Saudi Arabia, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar.

Negara Timur Tengah di sasar karena pemerintah percaya negeri Arab memiliki sumber dana yang cukup besar. "Tujuan perjalanan ke Timur Tengah adalah untuk meningkatkan kerjasama investasi dalam bidang infrastruktur, energi dan transportasi," kata Jokowi, akhir pekan lalu.

Qatar dinilai memiliki sumber dana cukup besar terutama dalam hal portofolio. Oleh karena itu Jokowi melirik negara tersebut untuk bisa memperbesar portofolio investasi di pasar surat berharga negara (SBN). Jokowi juga bertemu sejumlah pimpinan lembaga keuangan Timur Tengah, seperti Islamic Development Bank (IDB), atau Abu Dhabi Investment Authority (ADIA). IDB berkomitmen memberikan pinjaman US$ 5 miliar.


Pemerintah memang sedang memburu investor yang mau menanamkan modalnya di dalam negeri. Selain Timur Tengah, Jokowi sebelumnya telah melakukan kunjungan ke negara lain, seperti Singapura dan China untuk tujuan yang sama.

Seperti diketahui, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mentargetkan kenaikan realisasi investasi 2016 sebesar 14,5% menjadi Rp 594,8 triliun. Untuk mengejar target tersebut BKPM menambah negara yang menjadi sasaran pemasaran.

Amerika Serikat, Inggris, Australia, Uni Emirat Arab dan Timur Tengah akan melengkapi negara-negara sasaran yang sudah ada, seperti Jepang, China, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan. Tapi kini pemerintah juga menyasar investor portofolio dari Timur Tengah untuk menambah pasokan dollar AS dan memperkuat rupiah.

Data BKPM, pada Januari-Juni 2015, Saudi Arabia hanya merealisasikan investasi US$ 29,33 juta dan menduduki peringkat 18 seluruh negara yang berinvestasi di Indonesia. UEA hanya menduduki peringkat ke-15.

Ekonom Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Doddy Arifianto mengatakan, Timur Tengah saat ini tengah mencari tempat berinvestasi. Hal itu seiring dengan adanya perlambatan ekonomi di China. Selain itu, ekonomi Amerika Serikat belum pulih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie