KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden China Xi Jinping berpesan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken bahwa kedua negara adidaya “seharusnya menjadi mitra, bukan saingan” dan harus membantu satu sama lain untuk mencapai kesuksesan, bukannya saling menyakiti. Mengutip kantor berita negara Xinhua, Xi Jinping menyatakan, “Saya mengusulkan rasa saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan sebagai tiga prinsip utama. Keduanya merupakan pembelajaran dari masa lalu dan menjadi panduan untuk masa depan,” ujarnya saat bertemu denganMenteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken di Beijing, Jumat. Xi mengatakan China akan senang melihat AS yang makmur dan berharap Washington akan memiliki pandangan yang sama terhadap Beijing sehingga hubungan bilateral dapat “benar-benar stabil, meningkat, dan maju”.
Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Ucapkan Selamat kepada Prabowo Subianto Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengakhiri kunjungannya ke Beijing dengan bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping Kedua negara berusaha menstabilkan hubungan di tengah perselisihan mengenai keamanan nasional, ekonomi, dan perbedaan geopolitik di Timur Tengah, Ukraina, dan Asia Tenggara. Namun seperti yang dikatakan Xi dan Blinken, masih ada masalah besar yang mengancam perbaikan hubungan saat ini. Pada kunjungannya di China, Blinken mengangkat masalah “dan kekhawatiran Amerika Serikat atas dukungan China terhadap pangkalan industri pertahanan Rusia.
Baca Juga: Menlu AS Antony Blinken Bertemu Xi Jinping di Beijing, Bahas Soal Perang Rusia Blinken mengadakan pertemuan selama lima setengah jam dengan Menteri Luar Negeri China. Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, kedua pihak juga membahas topik-topik yang saling bertentangan seperti Taiwan dan Korea Selatan, juga Laut Cina Selatan. China memang belum memberikan senjata kepada Rusia untuk perang di Ukraina, namun AS dan negara-negara Barat lainnya khawatir akan ekspor industri China seperti mesin dan semikonduktor telah membantu Rusia meningkatkan kapasitas produksi senjata mereka. Namun China menyebut perdagangan normal antara China dan Rusia tidak boleh diganggu atau dibatasi. Sebalinya China menyebutm justru data menunjukkan bahwa perang berkepanjangan di Rusia dan Ukraina karena adanya transfer senjata dan pendanaan besar-besaran dari Barat kepada Ukraina.
Baca Juga: Presiden Xi Jinping Sebut Prabowo Sebagai Teman Lama Rakyat China Blinken sebelumnya pada hari Jumat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi, yang memperingatkan bahwa negara mereka dapat “tetap berada di arah yang benar untuk bergerak maju dengan stabilitas atau kembali ke spiral” atau bahkan “terjerat ke dalam konfrontasi”. Wang Yi mengatakan China mengamati sejumlah “garis merah” yang tidak boleh dilewati oleh AS karena hubungan mereka sedang diuji oleh “faktor-faktor negatif”. “Hak pembangunan China yang sah telah ditekan secara tidak wajar, dan kepentingan inti kami menghadapi tantangan,” katanya kepada Blinken. AS memperingatkan China mengenai tindakan tegasnya di Filipina dan berjanji akan membela sekutunya tersebut.
Baca Juga: Pengakuan Awal Tahun 2024 yang Mengejutkan, Xi Jinping Akui Ekonomi China Kesulitan “Saya menjelaskan bahwa meskipun AS akan terus mengurangi ketegangan, komitmen pertahanan kami terhadap Filipina tetap kuat,” kata Blinken kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa ia mengangkat “tindakan berbahaya China di Laut Cina Selatan” dalam pertemuan dengan para pemimpin tinggi. Selain bentrokan dengan Taiwan, wilayah yang diklaim sebagai bagian dari wilayah China, dan dipersenjatai oleh AS.
Seperti kita tahu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menandatangani undang-undang bipartisan yang mencakup bantuan sebesar US$ 8 miliar untuk melawan kekuatan militer China di Laut Cina Selatan dan Taiwan, bersama dengan US$ 61 miliar untuk membantu Ukraina. Amerika juga mengucurkan miliaran dollar AS kepada Israel untuk mendanai perang menghancurkan Gaza Palestina dan negara-negara Arab penentang agresi Israel.
Baca Juga: Xi Jinping Akui Taiwan adalah Masalah Terbesar dalam Hubungan AS-China China dan Amerika juga mengalami peningkatan ketegangan terkait kecerdasan buatan (AI), sebuah undang-undang yang berupaya melarang TikTok di AS jika perusahaan induknya di China menolak menjual TikTok. Selain itu ada juga pembahasan soal pasokan bahan kimia China yang digunakan untuk membuat fentanil. Hubungan Tiongkok-AS bergejolak dalam beberapa tahun terakhir. Situasi ini antara lain diperburuk oleh perang dagang, kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat saat itu, Nancy Pelosi ke Taiwan pada tahun 2022, dan pertikaian mengenai jatuhnya balon pengintai Tiongkok yang diduga dilakukan AS pada tahun lalu.
Editor: Syamsul Azhar