Presiden Joko Widodo akan Bertemu Joe Biden di Gedung Putih Apa yang Dibahas?



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Indonesia Joko Widodo akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih minggu depan. 

Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre pada hari Selasa (7/11) pertemuan ini dengan agenda membicarakan keamanan regional dan transisi energi ramah lingkungan.

Jean-Pierre mengatakan pada konferensi pers bahwa pertemuan Jokowi dengan Joe Biden tersebut akan berlangsung pada hari Senin (13/11).


Dia mengatakan kedua kedua pimpinan negara ini akan membahas cara-cara untuk menegakkan hukum internasional dan memastikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.  

Baca Juga: Indonesian President Joko Widodo to Meet Joe Biden at White House on Monday

Washington menggambarkan upayanya negeri ini untuk melawan pertumbuhan kekuatan dan pengaruh China di wilayah Indo Pacific.

“Selama kunjungan tersebut, Presiden Biden akan menegaskan kembali komitmen Amerika Serikat untuk memperdalam kemitraan kita yang telah berlangsung selama hampir 75 tahun antara negara demokrasi terbesar kedua dan ketiga di dunia,” ujarnya.

Jean-Pierre mengatakan kedua pemimpin juga akan menjajaki peluang untuk meningkatkan kerja sama dalam transisi menuju energi ramah lingkungan, memajukan kesejahteraan ekonomi, dan memperkuat perdamaian dan stabilitas regional.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi, dijadwalkan menghadiri Konfensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco pada 15-17 November 2023.

Rencana pertemuan di Washington pertama kali diumumkan pada bulan September lalu, setelah Biden mengecewakan Indonesia karena tidak menghadiri pertemuan puncak dengan para pemimpin Asia Tenggara ASEAN di Jakarta pada bulan Agustus 2023. Sebagai gantinya mengirimkan Wakil Presiden Kamala Harris.

Baca Juga: AS Menentang Rencana Israel untuk Kuasai Gaza Pasca Perang

Indonesia adalah negara dengan jumlah pendudu terpadat di Asia Tenggara dan mitra regional yang penting bagi Amerika Serikat.

Meskipun saat ini China adalah mitra ekonomi utama bagi Indonesia, Indonesia saat ini juga tercatat menjadi negara pembeli senjata terbesar dari Amerika Serikat. 

Para pakar regional memperkirakan kedua belah pihak akan membahas peningkatan hubungan keamanan minggu depan di Washington.

Mereka juga tertarik untuk memajukan kerja sama mengenai mineral penting yang digunakan untuk memproduksi baterai kendaraan listrik, meskipun rencana ini menemui beberapa penolakan di Kongres AS.

Perdamaian Palestina

Perang di Timur Tengah yang berkecamuk antara pPejuang kemerdekaan Palestina Hamas, dan Israel juga akan menyebabkan pertemuan kedua pemimpin menjadi canggung. Sebab Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, mendukung kemerdekaan Palestina sementara Amerika Serikat selama ini sebagai sekutu utama Israel.

Baca Juga: Jokowi Titahkan Menag Cari Alternatif Bantuan Lain untuk Palestina

Indonesia bersama masyarakat internasional juga ikut mengecam invasi Israel ke Gaza setelah serangan pejuang kemerdekaan Palestina Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Indonesia telah menyerukan gencatan senjata segera di Timur Tengah. Pada hari Selasa, Presiden Jokowi mengatakan dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina “tidak akan pernah goyah.”

Di sisi lain, pada hari Senin, Financial Times mengutip pernyataan pemimpin Indonesia yang menyerukan AS dan negara-negara Barat lainnya untuk mengeluarkan dana US$ 20 miliar yang telah dijanjikan untuk membiayai transisi energi dari energi batubara ke energi ramah lingkungan di Indonesia. Indonesia juga mengajak Barat berbuat lebih banyak untuk mendukung industri mineral penting di Indonesia.

Surat kabar tersebut mengutip pernyataan Presiden Jokowi dalam sebuah wawancara bahwa terdapat kekhawatiran yang “luar biasa” di Indonesia atas keterlambatan pendanaan iklim, yang dijanjikan oleh Washington dan mitra G7 setahun. 

Baca Juga: COP26 Glasgow, Jokowi sampaikan komitmen Indonesia dalam penanganan perubahan iklim

Seperti kita tahu tahun lalu Amerika dan Barat menjanjikan untuk membantu mempercepat penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara di Indonesia.

“Jangan mempertanyakan komitmen Indonesia terhadap transisi energi. Yang saya pertanyakan adalah komitmen negara-negara maju,” kata Joko Widodo.

“Indonesia telah mewujudkan rencana tersebut. Kami bahkan telah mengembangkan industri kendaraan listrik untuk mendukung energi ramah lingkungan,” katanya, seraya menambahkan bahwa ia yakin bahwa pendanaan dari Barat akan terwujud.

Rencana untuk mengurangi penggunaan batu bara di Indonesia dan Vietnam dengan dukungan keuangan dari negara-negara donor Barat menghadapi banyak permasalahan.

Padahal selama ini negara-negara kaya berjanji untuk membantu negara-negara miskin untuk beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan, yang merupakan prioritas utama pemerintahan Joe Biden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Syamsul Azhar