Presiden Jokowi minta industri otomotif bersiap hadapi siklus pelambatan



KONTAN.CO.ID - TANGERANG. Industri otomotif dalam negeri saat ini sedang meghadapi tiga tantangan yang perlu dicermati bersama. Tantangan bagi industri otomotif itu disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat saat menghadiri pameran mobil Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) di ICE BSD, Tangerang.

Tantangan pertama, menurut Jokowi, adalah semakin meluasnya fenomena mobil listrik. Saat ini negara-negara lain seperti Perancis dan Inggris sudah mengumumkan di tahun 2040 sudah tidak ada mobil non listrik yang dijual.

Bahkan di Tiongkok juga sudah mengumumkan agar bisa menjadi yang terdepan di dunia untuk mengembangkan mobil listrik. "Dan sekarang (Tiongkok) sudah menjadi pasar terbesar di dunia untuk mobil listrik," kata Jokowi, Kamis (2/8).


Kedua, soal teknologi-teknologi disrupsi seperti kendaraan otonom yang bisa mengendarai sendiri dan hadirnya aplikasi transportasi online seperti Gojek, Grab, dan Uber.

Tantangan ketiga, risiko jangka pendek yang harus diwaspadai. Siklus otomotif yang mungkin sudah mulai memuncak terutama pasar-pasar besar seperti Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. "Harus lihat, kita mengerti bahwa industri otomotif ada siklusnya dan siklusnya sangat peka terhadap siklus ekonomi yang ada," tambah Presiden.

Menurutnya, banyak peneliti yang bilang penjualan mobil di AS ini sudah dalam titik jenuh. "Sudah mentok, susah tinggi lagi bahkan akan menurun beberapa tahun lagi," lanjut dia. Sementara di Tiongkok, karena ekonominya masuk tren perlambatan, penjualan mobil juga seret.

Sehingga, Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia harus siap menghadapi siklus ini kalau industri otomotif mengalami perlambatan. Meskipun demikian, Indonesia masih harus tetap optimistis kalau saat ini kita merupakan pasar besar.

"Saya selalu sampaikan kepada industri otomotif agar terus didorong ke pasar-pasar ekspor," ujarnya. Apalagi peran industri otomotif sangat besar dengan posisi nomor dua industri pengolahan dan masuk lima besar sumber investasi di sektor industri.

Pemerintah pun menyatakan siap membantu industri otomotif. Seperti dengan insentif tax holiday yang jauh lebih agresif, tax allowence dan bahkan yang saat ini masih dalam kajian adalah super deduction pajak.

Khusus untuk super deduction pajak, karena biaya perusahaan untuk kegiatan-kegiatan seperti vokasi sudah mulai banyak dilakukan, sehingga industri otomotif bisa dikenakan pemotongan 200% dari penghasilan kena pajak. "Gede sekali, tapi ini masih dalam kajian di menteri keuangan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat