Presiden Jokowi minta TINS borong timah lokal



JAKARTA. Presiden Joko Widodo memberikan titah khusus kepada PT Timah Tbk (TINS) untuk mengembalikan pamor timah. Dalam rapat terbatas, kemarin (25/6), pemerintah ingin timah kembali berjaya sebagai komoditas andalan di pasar dunia.

Presiden Jokowi meminta Menteri BUMN mempelajari penugasan khusus kepada TINS untuk membeli sebanyak mungkin timah di pasar dalam negeri. Selama ini, ekspor timah ilegal cukup marak, sehingga pasokan komoditas tersebut berlimpah dan harga pun tertekan.

Mengacu data Bloomberg, pada Rabu (25/6) lalu, harga timah untuk kontrak pengiriman Juli 2015 di Bursa Logam London senilai US$ 15.164 per metrik ton. Jumlah tersebut menyusut 22% dibandingkan harga di awal tahun ini yang masih bertengger di level US$ 19.414 per metrik ton.


Selain dipicu pelemahan ekonomi global, kejatuhan harga timah disebabkan oleh maraknya ekspor timah ilegal. Dengan berlimpahnya pasokan, sementara permintaan lesu, otomatis harga timah jatuh di pasaran.

Oleh karena itu, Jokowi meminta Gubernur Kepulauan Bangka Belitung dan  manajemen TINS  mempelajari kemungkinan melegalkan aksi penambangan timah oleh rakyat. Meski demikian, hal tersebut harus tetap memperhatikan kelestarian alam agar tidak rusak.

"Produksi harus tinggi, tapi jangan sampai ada penambangan di hutan konservasi," ujar Presiden Jokowi, dalam siaran pers yang dikirim Tim Komunikasi Presiden kepada KONTAN, kemarin.

Pengamat pasar modal Teguh Hidayat berpendapat, langkah pemerintah menginstruksikan TINS membeli timah, termasuk di penambangan ilegal tidaklah keliru.

Jika kebijakan tersebut  berjalan efektif, maka bisa mendongkrak harga timah. "Jika timah dijual dari Indonesia dari satu tangan, maka pasokan bisa terkendali dan berpotensi mengerek harga," tutur dia.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil timah terbesar di dunia. Namun, untuk membeli timah di penambangan rakyat tidaklah mudah. "Menghimpun timah dalam jumlah besar dari banyak tangan butuh biaya tak sedikit," ungkap Teguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa