KONTAN.CO.ID - SEOUL. Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menawarkan untuk membentuk badan konsultasi kerja dengan Korea Utara untuk membahas cara-cara meredakan ketegangan dan melanjutkan kerja sama ekonomi. Mengutip Reuters, Kamis (15/8), dalam pidato Hari Pembebasan Nasional yang menandai peringatan 79 tahun kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Jepang pada tahun 1910-1945 setelah Perang Dunia Kedua, Yoon mengatakan dia siap untuk memulai kerja sama politik dan ekonomi jika Korea Utara mengambil satu langkah menuju denuklirisasi. Yoon menggunakan pidatonya untuk mengungkap cetak biru unifikasi dan melakukan pendekatan baru ke Pyongyang, menyusul tawaran pemerintahnya baru-baru ini untuk memberikan pasokan bantuan bagi kerusakan akibat banjir di Korea Utara yang terisolasi, namun menurutnya telah ditolak.
Baca Juga: Gebrakan Baru Korea Utara: Buka Perbatasan untuk Turis Asing pada Desember 2024 Namun upaya mempersatukan Korea tampaknya masih sulit karena hubungan kedua negara bertetangga tersebut berada pada titik terendah dalam beberapa dekade. Pasalnya Korea Utara berlomba untuk meningkatkan kemampuan nuklir dan rudalnya serta mengambil langkah-langkah untuk memutuskan hubungan dengan Korea Selatan, sehingga menjadikan negara tersebut sebagai negara musuh yang terpisah dan bermusuhan. Pada awal tahun ini, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyebut Korea Selatan sebagai musuh utama dan mengatakan unifikasi tidak mungkin lagi dilakukan. Yoon mengatakan peluncuran kelompok kerja antar-Korea dapat membantu meredakan ketegangan dan menangani masalah apa pun mulai dari kerja sama ekonomi hingga pertukaran antar masyarakat hingga reuni keluarga yang terpisah akibat Perang Korea tahun 1950-53. “Dialog dan kerja sama dapat membawa kemajuan substantif dalam hubungan antar-Korea,” ujarnya. Di Washington, direktur senior Gedung Putih untuk kawasan Asia Timur, Mira Rapp-Hooper, mengatakan Korea Utara tidak menunjukkan minat untuk berdialog, namun AS, Korea Selatan, dan Jepang akan terus mengoordinasikan strategi diplomatik untuk mencapai tujuan tersebut. “Pada akhirnya, kami berharap Pyongyang akan mau terlibat dengan setidaknya salah satu dari kami suatu saat nanti,” katanya kepada lembaga think tank Hudson Institute. Pidato Yoon disampaikan di tengah perselisihan dengan anggota parlemen oposisi mengenai penunjukannya sebagai mantan profesor yang pro-Jepang dan revisionis untuk mengawasi museum kemerdekaan nasional, tanda lain perpecahan dan polarisasi politik atas upaya Yoon untuk meningkatkan hubungan keamanan dengan Tokyo. Kelompok-kelompok besar gerakan kemerdekaan yang selama beberapa dekade menjadi tuan rumah acara tahunan Hari Pembebasan Nasional bersama pemerintah mengadakan upacara terpisah untuk pertama kalinya sebagai bentuk protes, yang diikuti oleh anggota parlemen oposisi. Kantor Yoon mengatakan ada kesalahpahaman mengenai penunjukan tersebut, dan sedang mencari cara untuk menyelesaikannya.