KONTAN.CO.ID - KAOHSIUNG. Pada Minggu (16/6/2024), Presiden Taiwan Lai Ching-te memandang aneksasi dan "penghapusan" Taiwan sebagai tujuan nasional yang utama China. Hal tersebut diungkapkan Lai di hadapan para taruna di akademi militer Utama. Lai juga berpesan bahwa mereka harus mengenal musuh dan tidak menyerah pada musuh mereka. Mengutip
Reuters, Lai telah menghadapi serangan pribadi yang berkelanjutan dari Tiongkok, yang memandang Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, sejak menjabat bulan lalu.
Beijing menyebutnya sebagai “separatis”. China mengadakan latihan perang di sekitar Taiwan tak lama setelah pelantikan Lai. Lai mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka dan telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Beijing namun ditolak. Berbicara di Kaohsiung di selatan pulau itu pada peringatan 100 tahun berdirinya Akademi Militer Whampoa, Lai mengatakan taruna saat ini harus menyadari tantangan “era baru”. “Tantangan terbesarnya adalah menghadapi kebangkitan China yang kuat, (yang) menghancurkan status quo di Selat Taiwan dan menganggap aneksasi Taiwan serta penghapusan Taiwan sebagai upaya besar untuk menyegarkan kembali rakyatnya,” ujarnya.
Baca Juga: Dampaknya Setara Perang Dunia Kedua, Perang di Taiwan Menjadikan Dunia Tak Sama Lagi Kantor Urusan Taiwan China tidak menjawab panggilan telepon pada hari Minggu untuk dimintai komentar mengenai pernyataan Lai. Wang Huning, pemimpin peringkat keempat Partai Komunis China yang berkuasa, mengatakan pada forum hari Sabtu di Tiongkok tentang hubungan dengan Taiwan bahwa reunifikasi adalah kebutuhan sejarah untuk peremajaan besar bangsa Tiongkok.
Dia bersumpah untuk menghancurkan setiap upaya separatis. Lai, pada acara yang dihadiri oleh pejabat senior militer dan juga diplomat tinggi AS di Kaohsiung, Neil Gibson, mengatakan para kadet harus membela Taiwan agar tidak dianeksasi oleh China dan masa depan pulau itu hanya dapat ditentukan oleh rakyatnya.
Baca Juga: China: Prospek Reunifikasi Damai dengan Taiwan Terkikis oleh Kekuatan Eksternal “Kita benar-benar harus bisa membedakan antara diri kita sendiri dan musuh kita serta antara kawan dan lawan, dan sama sekali tidak bisa menerima sikap menyerah yang menyatakan ‘pertempuran pertama adalah pertempuran terakhir’,” kata Lai, mengacu pada teori bahwa Taiwan bisa segera runtuh ketika China melancarkan serangan apa pun.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie