Presiden Tsai: Jika Taiwan jatuh ke China, konsekuensinya akan menjadi bencana besar



KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dalam sebuah artikel yang terbit Selasa (5/10) memperingatkan "konsekuensi bencana" jika pulau itu jatuh ke China. Karena itu, ia berjanji untuk "melakukan apa pun" guna menjaga dari ancaman Beijing.

Taiwan hidup di bawah ancaman invasi terus-menerus oleh China, yang memandang pulau demokrasi yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai wilayahnya yang akan diambil kembali suatu hari nanti, dengan paksa jika perlu.

Presiden Xi Jinping menggambarkan perebutan Taiwan sebagai "tak terelakkan", dan Beijing telah meningkatkan tekanan militer, diplomatik, juga ekonomi sejak Pemilihan Presiden 2016 yang dimenangkan Tsai dengan telak.


Hampir 150 pesawat tempur China telah melanggar zona pertahanan udara Taiwan sejak Jumat ketika Beijing memperingati Hari Nasional dengan unjuk kekuatan udara terbesar saat itu, memenuhi pulau itu dengan 38 burung besi militer.

Tsai memperingatkan, kegagalan membela Taiwan akan menjadi "bencana" bagi pulau itu dan wilayah yang lebih luas dalam sebuah artikel yang dia tulis untuk Foreign Affairs yang diterbitkan pada Selasa, seperti dilansir Channel News Asia.

Baca Juga: 148 Pesawat militer China memasuki zona pertahanan, Taiwan harus waspada

"Mereka harus ingat, jika Taiwan jatuh, konsekuensinya akan menjadi bencana besar bagi perdamaian regional dan sistem aliansi demokrasi," kata Tsai.

"Ini akan menandakan, dalam kontes nilai global saat ini, otoritarianisme lebih unggul dari demokrasi," ujar Presiden Taiwan.

Dia bilang, Taiwan berharap untuk hidup berdampingan secara damai dengan China. Tetapi, "Jika demokrasi dan cara hidupnya terancam, Taiwan akan melakukan apa pun untuk mempertahankan diri," tegasnya.

Pemerintahan Tsai pada Senin (4/10) mendesak Beijing untuk menghentikan "tindakan provokatif yang tidak bertanggungjawab", setelah 56 pesawat tempur China termasuk pembom berkemampuan nuklir menyeberang ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan, rekor terbanyak.

"Di tengah gangguan hampir setiap hari oleh Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), posisi kami dalam hubungan lintas selat tetap konstan: Taiwan tidak akan tunduk pada tekanan," tambah Tsai.

Selanjutnya: Kirim 100 pesawat lebih, AS desak China setop kegiatan militer provokatif di Taiwan

Editor: S.S. Kurniawan