Presiden Turki Tayyip Erdogan Sebut Israel Sebagai Negara Penebar Teror



KONTAN.CO.ID - Presiden Turki, Tayyip Erdogan, pada hari Rabu (15/11) secara terbuka menyebut Israel sebagai negara teror. Erdogan juga yakin bahwa Israel telah melakukan kejahatan perang dan melanggar hukum internasional dalam aksinya di Gaza.

Tidak hanya itu, Erdogan menyebut operasi militer Israel di Gaza termasuk serangan paling berbahaya dalam sejarah manusia. Hal ini ia yakini bisa terjadi berkat dukungan tiada batas dari Barat.

"Dengan kebiadaban, mengebom warga sipil dan memaksa mereka keluar dari rumah mereka saat mereka sedang direlokasi, hal ini benar-benar menunjukkan terorisme (tingkat) negara," kata Erdogan di hadapan parlemen, dikutip Reuters.


Erdogan kini menyerukan agar para pemimpin Israel diadili atas kejahatan perang di Mahkamah Internasional di Den Haag, seraya menegaskan kembali pandangan Turki bahwa Hamas bukanlah organisasi teroris tetapi sebuah partai politik yang memenangkan pemilu.

Baca Juga: Tentara Israel Menggerebek RS Al Shifa Gaza untuk Mencari Militan Hamas

"Kami tidak akan pernah ragu menyuarakan kebenaran bahwa anggota Hamas yang melindungi tanah, kehormatan, dan kehidupan mereka di hadapan kebijakan pendudukan adalah pejuang perlawanan," imbuhnya.

Erdogan menyamakan konflik antara Israel dan Palestina dengan perang antara dunia Kristen dan Muslim, menyebutnya sebagai masalah salib dan bulan sabit.

"Sayangnya, negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, masih melihat permasalahan ini secara terbalik. Kami akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan pemukim Israel di wilayah pendudukan Palestina diakui sebagai teroris," pungkasnya.

Baca Juga: Tank-Tank Israel Mulai Bergerak di Sekitar Rumah Sakit Al Shifa di Gaza

Pernyataan tegas dan terbuka Erdogan ini disampaikan dua hari sebelum dirinya bertolak ke Jerman untuk bertemu dengan Kanselir Olaf Scholz. Kunjungan Erdogan ke Jerman akan menjadi kunjungan pertamanya ke negara Barat sejak Israel mulai membombardir Gaza pada 7 Oktober.

Seperti negara Barat pada umumnya, Jerman telah menyatakan solidaritas yang kuat dengan Israel, namun tetap mendesak komunitas internasional untuk fokus pada upaya meminimalisir dampak aksi militer Israel terhadap penduduk sipil di Gaza.

Inggris, Amerika Serikat, Uni Eropa bahkan beberapa negara Arab juga menganggap Hamas sebagai kelompok teroris. Turki jadi salah satu negara Arab yang membuka pintu bagi anggota Hamas dan terus mengupayakan solusi dua negara untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina.