Prima Cakrawala Abadi (PCAR) Targetkan Penjualan Hingga Rp 230 Miliar di 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang bergerak di bidang usaha produk rajungan dan industri pengolahan hasil perikanan, PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) optimistis dengan laju bisnisnya di tahun 2022 ini. Pihaknya memperkirakan, permintaan akan terus menunjukan pertumbuhan seperti tahun sebelumnya. 

Meski begitu, Direktur Utama PT Prima Cakrawala Abadi Tbk Raditya Wardhana menyatakan persentase kenaikan permintaan di tahun ini, tidak akan setinggi tahun 2021. Lantaran harga yang sudah cukup tinggi saat ini, sehingga banyak pelanggan yang khawatir akan terjadinya penurunan harga sewaktu-waktu.

"Khususnya pada periode kuartal III dan kuartal IV pada tahun 2022," sebut Raditya, saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (30/3) lalu. 


Atas dasar hal itu, perusahaan membidik angka penjualan sebesar Rp 200 miliar sampai dengan Rp 230 miliar pada tahun ini. Jumlah ini setara dengan penjualan 1 juta hingga 2 juta kaleng. 

Hingga saat ini, PCAR belum merilis secara resmi laporan keuangan tahun buku 2021. Namun, merujuk pemberitaan sebelumnya, pada tahun 2021 lalu, PCAR membidik angka penjualan senilai Rp 190 miliar - Rp 200 miliar. 

Baca Juga: Prima Cakrawala (PCAR) Gelar Restrukturisasi Utang Senilai Rp 20,44 Miliar

Raditya menyatakan, kinerja penjualan di tahun lalu terbilang cukup baik, meskipun masih di bawah dari angka yang dibidik perusahaan. Di mana, total nilai penjualan naik lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. 

"Dari segi laba bersih perseroan juga mencetak keuntungan walaupun nilainya masih di bawah yang ditargetkan oleh perseroan. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya," tutur dia. 

Namun per September 2021, perusahaan ini tercatat membukukan pertumbuhan penjualan hingga 218,78% menjadi Rp 107,81 miliar. 

Dari sisi bottom line, PCAR terpantau mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 2,53 miliar. Setelah pada periode yang sama tahun 2020, masih mencatatkan kerugian hingga Rp 11,71 miliar. 

Dia menambahkan, kinerja perusahaan di tahun lalu memang masih diderai sejumlah hambatan. Terutama terkait dengan minimnya bahan baku berkualitas di lapangan, sehingga membuat harga bahan baku melonjak drastis. 

"Selain itu permasalahan ketersediaan kontainer pendingin serta keterlambatan pemberangkatan atau kedatangan membuat jadwal produksi terganggu serta memberatkan arus kas perseroan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi