KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk reksadana bertema
impact investing menjadi produk pertama yang diluncurkan PT Principal Asset Management (PAM) sejak mengubah nama perusahaannya dari PT CIMB-Principal Asset Management pada Mei 2019. Jumat (19/7), PAM meluncurkan produk Reksadana Principal Philantrhropy Social Impact Bond Fund. Reksadana yang memberi kesempatan pada donatur untuk mengembangkan dana donasinya dan berkontribusi pada gerakan-gerakan yang berdampak sosial ini, bekerjasama dengan tujuh organisasi sosial sebagai penerima manfaat investasi. Tujuh penerima manfaat tersebut adalah doctorSHARE, Rachel House, Roslin Orphange, Habitat for Humanity Indonesia, DifaSuksesMandiri, Torajamelo, dan Save the Children Indonesia.
Pada masa penawaran awal, PAM memutuskan nilai minimal investasi reksadana ini Rp 50 juta dan memang difokuskan terlebih dulu bagi donatur institusi. Namun, Agung Budiono CEO Principal Indonesia mengatakan tidak menutup kemungkinan bila dana yang terkumpul sudah sesuai dan mencukupi
Sustainable Development Goals (SDG), maka kelak reksadana ini akan menyesuaikan nilai minimal investasi yang lebih rendah sehingga donatur ritel dan milenial bisa ikut berkontribusi. Agung menyebutkan target dana kelolaan dari reksadana ini di akhir tahun mencapai Rp 50 miliar-Rp 60 miliar. "Saat ini sudah ada beberapa donatur institusi yang mau bergabung, kombinasinya 50% donatur luar negeri dan 50% donatur dalam negeri," kata Agung, Jumat (19/7). Secara keseluruhan, Agung menargetkan dana kelolaan PAM di akhir tahun bisa tumbuh ke Rp 9,5 triliun dari posisi per Juni sekitar Rp 7,4 triliun. Rencananya, PAM baru akan meluncurkan produk baru kembali di 2020. Reksadana ini akan mengembangkan dana kelolaan di aset obligasi pemerintah dan atau obligasi korporasi dengan porsi 80% dan 20% di instrumen ekuitas dan atau pasar uang. Fadlul Imansyah,
Head Fixed Income Principal Asset Management mengatakan untuk sementara, reksadana ini akan fokus berinvestasi 80% di obligasi negara tenor dua hingga tiga tahun dan 20% di pasar uang. "Obligasi tenor pendek dan pasar uang memiliki risiko yang minim tetapi kinerja atau stabilitas hasil investasi bisa terjaga,
prudent, dan optimal di atas bencmark," kata Fadlul. Ke depan Fadlul memproyeksikan reksadana ini akan berkinerja positif karena didukung
yield obligasi sedang dalam tren menurun sehingga harga naik. Secara
historical rata-rata
yield obligasi negara bertenor dua tahun berada di 5%-7%. "Investasi ini bukan mengejar
return tetapi dampak terhadap lingkungan sosial masyarakat tapi kita berupaya agar kinerja bisa di atas
benchmark obligasi pemerintah tenor dua tahu," kata Agung. Bagi investor yang tertarik menjadi donatur, PAM menyiapkan dua skema dalam menyumbangkan investasi mereka ke yayasan sosial.
Pertama, investor tingkat perak dapat menyumbangkan 100% dari pengembalian investasi dan pembagian biaya manajemen. Kedua, investor tingkat emas dapat menyumbangkan 100% dari modal investor dan 100% dari pengembalian investasi serta pembagian biaya manajemen. PAM bermitra dengan Standard Chartered Bank untuk bertindak sebagai bank kustodian dalam mendistribusikan semua sumbangan kepada penerima manfaat. Agung memproyeksikan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam berkegiatan sosial dana kelolaan reksadana ini akan terus tumbuh di segala kondisi pasar. Ke depan PAM akan menyasar reksadana sejenis untuk organisasi yang fokus pada lingkungan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi