Prioritaskan bank asing, Mandiri belum yakin ikut biayai divestasi saham Freeport



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk belum memutuskan untuk turut membiayai divestasi 51% saham Freeport Indonesia oleh Inalum. Alasannya, ketidakpastian global yang tengah terjadi saat ini membuat Bank Mandiri semakin berhati-hati dalam membiayai pinjaman dalam bentuk valuta asing (valas).

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pihaknya lebih memilih untuk memberikan kesempatan bagi bank asing untuk membiayai divestasi tersebut.

"Untuk bank lokal dapat dana sebesar itu dan tenor seperti itu tidak mudah. Kalau sumbernya menggunakan dalam negeri malah mengganggu pasokan dolar AS di dalam negeri. Makanya mungkin bank asing lebih diproritaskan dulu," katanya di Jakarta, Kamis (19/7).


Sekadar informasi, Inalum akan menguasai 51% saham Freeport Indonesia dengan harga mencapai US$ 3,85 miliar atau setara dengan Rp 55 triliun.

Tiko sapaan akrab Kartika menilai, saat ini perbankan di dalam negeri juga tengah mengerem penyaluran kredit dalam bentuk valas. Alasannya, saat ini likuiditas valas atau loan to deposit ratio (LDR) saat ini tengah meningkat.

"Kedit valas memang semua bank akan nge-rem dulu karena pasti tahu LDR valas di semua bank naik. Di Bank Mandiri terutama naik cukup tinggi. DPK valas kami baik tabungan maupun giro turunnya cukup signifikan di quarter kedua ini," imbuhnya.

Lebih lanjut, pihak Bank Mandiri sampai saat ini belum mendapatkan permohonan dari Inalum terkait rencana pendanaan tersebut. Meski memang sebelumnya sempat ada pembahasan oleh pihak Inalum.

Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menyebut belum memutuskan keikutsertaannya dalam pembiayaan divestasi saham Freeport.

Direktur Korporasi BNI Putrama Wahju Setyawan mengatakan pihaknya masih akan mengacu pada syarat-syarat kelayakan pembiayaan. Antara lain mengenai nominal pemberian kredit, jangka waktu pengembalian, dan syarat-syarat lainnya.

"Kami tetap mengacu pada syarat-syarat kelayakan pemberian kredit. Term sheet-nya saat ini sedang didiskusikan," ujarnya pada Rabu (18/7).

Putrama mengatakan, bila syarat-syarat ketentuan pemberian kredit BNI tidak dapat dipenuhi oleh Inalum maka ada kemungkinan BNI tak masuk ikut pembiayaan Freeport. 

Secara terpisah, Direktur utama BNI Achmad Baiquni menyebut saat ini pihak bank plat merah harus bersaing dengan bank-bank global.

"Kalau dengan Freeport sepertinya kita harus bersaing dengan bank-bank global sepertinya agak berat. Karena kalau kita lihat tawaran-tawaran itu cukup banyak," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi