Private placement ESSA molor dari target



JAKARTA. Rencana penerbitan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Non HMETD) atau private placement PT Surya Essa Perkasa Tbk (ESSA) belum menemui titik terang. Pihak ESSA belum juga memberi keputusan bagi investor strategis yang sebelumnya telah meminati efek baru ESSA ini.

Padahal, seperti diberitakan sebelumnya, target investor strategis itu bisa didapatkan ESSA pada awal Januari tahun ini. Sekretaris Perusahaan ESSA, Kanishk Laroya menjelaskan, sejauh ini pihaknya masih bernegosiasi dengan investor yang dimaksud.

"Jadi belum ada keputusan soal siapa yang menyerap efek non HMETD kami," terang Kanishk kepada KONTAN, Selasa (5/2).


Walaupun tidak menyebut kendala atau fokus pembahasan yang dimaksud, Kanishk hanya mengatakan, bahwa eksekusi penyelesaian private placement tersebut bisa diputuskan pada Maret mendatang.

Sebelumnya, Direktur Keuangan ESSA, Isenta Hioe menjelaskan, pihaknya sudah menerima sekitar 6 investor strategis yang berminat atas saham baru ESSA. Namun dirinya belum dapat membuka informasi tersebut kepada khalayak.

ESSA merupakan emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melantai pada awal Februari 2012. Tapi, "Masa perubahan kepemilikan saham (lock up) 8 bulan (Oktober). Jadi kami sudah bisa menerbitkan saham baru," tambah Isenta.

Informasi saja, melalui aksi private placement ini, ESSA menerbitkan 100 juta saham baru. Efek yang diterbitkan ESSA dibanderol dengan harga Rp 2.775 per saham yang artinya perseroan bakal meraup dana sebesar Rp 277,5 miliar.

Melalui aksi itu pun, akan ada dampak dilusi atas seluruh pemegang saham sebesar 9,09%. Nantinya, porsi kepemilikan saham ESSA bakal berubah. Salah satunya PT Trinugraha Akraya Sejahtera yang akan memiliki 30% saham dari sebelumnya sebesar 33% saham.

Lalu jumlah kepemilikan PT Ramaduta Teltaka juga berubah jadi 20% dari 22%. Kondisi serupa juga akan dialami Accion Diversified Strategy Fund yang turun menjadi 18,8% dari 20%. Dan kepemilikan publik setelah private placement akan menjadi 22,73% dari sebelumnya 25%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: