Problem kredit macet masih menghantui BPR



JAKARTA Problem kredit macet yang cukup tinggi masih menghantui kalangan bank perkreditan rakyat (BPR). Kondisi ini disebabkan oleh tingginya suku bunga kredit BPR yang dipicu suku bunga deposito yang semakin tinggi.

Menurut Raden Soeroso, Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah SeIndonesia (Perbamida), sejak setahun terakhir ini suku bunga deposito BPR semakin naik. Kenaikan dipicu oleh aksi Bank Indonesia (BI) serta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menaikkan tingkat suku bunganya. “Padahal di sisi lain, DPK BPR masih lebih banyak mengandalkan deposito daripada tabungan,” kata Raden saat dihubungi KONTAN, Kamis, (28/8).

Ini membuat beban biaya dana (cost of fund) yang harus ditanggung BPR lebih berat dibandingkan bank umum. Sehingga cukup banyak BPR yang memilih untuk menaikkan suku bunga kredit yang sebelumnya sudah lebih tinggi dibanding bank umum. “Saat ini rata-rata bunga kredit BPR sudah diatas 22%. Padahal idealnya rata-rata bunga kredit BPR di bawah 18%. Tak heran jika non performing loan (NPL) BPR masih diatas 5%,” pungkas Raden.


Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2014, rasio kredit bermasalah atau NPL BPR mencapai 5,08%. Total kredit BPR yang disalurkan mencapai Rp 65,50 triliun. Dari jumlah tersebut, kredit non lancar mencapai Rp 3,32 triliun. Sementara NPL BPR per Juni 2013 mencapai 4,98%. Total kredit BPR yang disalurkan mencapai Rp 56,24 triliun. Dari jumlah tersebut, kredit non lancar mencapai Rp 2,36 triliun.

Suku bunga rata-rata deposito BPR juga meningkat dari 8,33% di bulan Juni 2013 menjadi 9,73% di bulan Juni 2014. Di sisi lain, suku bunga rata-rata kredit BPR sedikit turun dibanding tahun lalu. Suku bunga rata-rata kredit modal kerja BPR sedikit menurun dari 30,24% menjadi 29,64%. Suku bunga rata-rata kredit investasi BPR juga sedikit menurun dari 26,31% menjadi 26,04%. Terakhir, suku bunga rata-rata kredit konsumsi sedikit naik dari Rp 25,01 triliun menjadi Rp 25,11 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie