JAKARTA. PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) menutup kuartal I-2017 dengan pertumbuhan kinerja. Laba bersih triwulan pertama tahun ini tumbuh sebesar 33,8% dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 32,31 miliar. EBITDA juga naik 6,5% menjadi Rp 52,15 miliar, dengan pendapatan tumbuh 6,5%
year on year menjadi Rp 331,57 miliar. Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty menyebut, perusahaan menyiapkan capex sebesar Rp 400 hingga Rp 450 miliar pada tahun ini. Sebagian besar belanja modal, yaitu sekitar Rp 350 miliar akan digunakan untuk relokasi, renovasi, atau pembukaan outlet baru.
Sejauh ini, Prodia telah memiliki 259 outlet. Dengan perincian, 129 laboratorium klinik, 9 laboratorium rumah sakit, 1 prodia health care, 118 Point of Care (POC) di klinik dokter, dan 2 klinik khusus. Sepanjang kuartal I 2017, Prodia sudah menambah 9 unit POC, 2 laboraturium rumah sakit dan juga meresmikan Prodia Womens Health Care (PWHC). Untuk kuartal selanjutnya, Dewi mengaku, akan membangun kembali 5-7 outlet yang berada di Jakarta, Jawa Timur, dan Papua. Untuk setiap outlet, Prodia menyiapkan dana Rp 8 miliar sampai Rp 11 miliar termasuk dengan sewa gedung selama lima tahun. "Kami juga memperhitungkan kebutuhan peralatan dan IT," lanjutnya. Walaupun meraih kinerja yang bagus di kuartal I, namun hasil ini lebih rendah dibandingkan kuartal I 2016 yang naik 13% yoy. Hal ini, menurut Dewi, karena perusahaan merupakan perusahaan musiman yang menyesuaikan dengan kondisi masyarakat. Selain itu, pendapatan smeester pertama memang selalu lebih rendah. Dewi memprediksi pada kuartal II secara historis akan terjadi penurunan pendapatan, karena bulan puasa dan Lebaran. Namun, ia berharap hal ini dapat ditutupi dengan kinerja di kuartal selanjutnya. "Pokoknya untuk
full year, setiap tahun kami menargetkan kenaikan sebesar 20% hingga 30%," katanya.
BPJS juga dinilai menguntungkan bagi Prodia di tahun ini. Di Jawa Tengah misalnya, Prodia bekerja sama dengan klinik-klinik BPJS primary untuk menjadi rujukan tes rutin. Coordination of Benefit atau COB di rumah sakit, juga memberikan keuntungan bagi Prodia. Karena, pasien-pasien BPJS yang membutuhkan COB memerlukan hospitalize dengan analisis canggih. "Kami akan menargetkan untuk menjadi rujukan dari RS," lanjutnya. Klinik di Jakarta, masih menjadi kontribusi terbesar bagi pendapatan Prodia. Karena, untuk di daerah lain, jangka untuk
pay back bisa sampai bertahun-tahun. Walaupun pertumbuhan EBITDA tidak sebanyak di Jakarta, ia berharap fundamental bisnis menjadi kuat dengan outlet yang tersebar di banyak tempat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini