JAKARTA. Industri kesehatan masih terus bertumbuh. Keinginan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas makin memberi angin segar bagi pelaku bisnis kesehatan. Tak mau ketinggalan, PT Prodia Widyahusada Tbk (PDRA) pun menangkap peluang dari pertumbuhan industri kesehatan di tanah air. Emiten pengelola laboratorium kesehatan itu mulai mengembangkan sayap bisnis dengan membuka klinik dan laboratorium khusus yang menyasar anak-anak, wanita, dan lanjut usia (lansia). Dengan segmen yang lebih spesifik itu, PRDA berharap bisa memberi pelayanan lebih maksimal kepada para konsumen. "Tahun ini, kami memang ingin fokus pada penambahan tiga klinik khusus," ujar Magdalena Vandry,
Investor Relations PRDA ke KONTAN, Jumat (21/7).
Sejatinya, PDRA sudah memulai pengembangan klinik khusus ini enam tahun lalu. Tapi kala itu, mereka baru membuka satu klinik, yakni Prodia Child Lab di Jakarta. Kemudian, pada kuartal satu tahun ini, PRDA kembali membuka satu klinik Prodia Women Lab. Dalam waktu dekat, PRDA masih akan membuka Prodia Child Lab di Surabaya dan Prodia Senior Health Care di Jakarta. Lantaran segmentasi pasarnya spesifik, saat ini PRDA hanya membuka klinik khusus tersebut di beberapa kota besar. Tahap awal, mereka membidik Jakarta dan Surabaya. Dalam empat hingga lima tahun ke depan, jumlah klinik khusus ini akan berkembang hingga 14 gerai. Namun, Magdalena masih belum bisa memperkirakan, berapa besar target kontribusi dari klinik dan laboratorium bersegmen khusus itu ke depan. Ia hanya bilang, sejauh ini peminat klinik khusus PRDA sebanyak 150 pasien per bulan. "Kontribusinya ke pendapatan memang masih kecil karena ini masih baru. Sebab, belum banyak yang tahu," kata Magdalena.
Belanja modal Selain berinovasi ke segmen khusus, PRDA juga tetap melanjutkan ekspansi pembukaan gerai laboratorium umum. Harapannya adalah, tahun ini akan ada tambahan lima hingga tujuh laboratorium umum yang bisa diluncurkan. Hingga pertengahan Juli, PRDA sudah merealisasikan pembangunan dua klinik baru. Penambahan sisanya akan dilakukan di akhir kuartal III dan sepanjang kuartal IV. Untuk setiap gerai, PRDA menyiapkan dana investasi sebesar Rp 8 miliar hingga Rp 11 miliar. Mereka juga harus merogoh kocek untuk sewa gedung selama lima tahun. Sepanjang tahun ini, PRDA menganggarkan belanja modal sebesar Rp 400 miliar. Magdalena memerinci, sebanyak 64% di antaranya akan digunakan untuk pengembangan gerai, 19% dipakai buat pengadaan pengembangan instrumen teknologi, dan 17% untuk modal kerja. Dari sisi kinerja, bisnis PRDA masih belum bertumbuh kencang sepanjang semester satu. Penyebabnya, banyak hari libur sepanjang JanuariJuni lalu membuat waktu operasi klinik perusahaan menjadi lebih terbatas. Belum lagi, ada bulan puasa yang cenderung membikin konsumen enggan untuk melakukan tes kesehatan. Sehingga, Magdalena memperkirakan, selama enam bulan pertama tahun ini, PRDA masih belum bisa mengantongi separuh dari target pendapatan di 2017. Secara historis, pendapatan semester satu hanya sebesar 44%45% dari target pendapatan di akhir tahun. "Biasanya memang pendapatan di paruh kedua lebih tinggi," ungkap dia. Makanya, Magdalena optimistis, di sisa tahun ini kinerja perusahaannya akan melaju kencang. Pasalnya, pada semester II 2017 tidak terlalu banyak hari libur. Terlebih, biasanya banyak klien korporasi yang melakukan tes kesehatan untuk karyawan.
Hingga akhir tahun ini, PRDA menargetkan pendapatannya bisa tumbuh 10% hingga 15% dibanding pencapaian tahun lalu. Jika pada 2016 PRDA mendekap pendapatan sebesar Rp 1,36 triliun, maka di 2017 mereka berharap bisa mencetak penghasilan mencapai Rp 1,5 triliun sampai Rp 1,56 triliun. Hingga kuartal I 2017, PRDA mencatatkan pendapatan bersih Rp 331,57 miliar. Capaian itu meningkat 6,48% dari periode yang sama di 2016. Sementara laba bersihnya menanjak, dari Rp 24,16 miliar menjadi Rp 32,31 miliar. Meski belum lama melantai di bursa, PRDA tak pelit membagi dividen. Mereka telah membagikan dividen tunai sebesar Rp 26,4 miliar atau Rp 28,2 per saham. Alokasi dividen tersebut sekitar 30% dari laba bersih tahun lalu, yakni Rp 88,13 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dessy Rosalina