KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Prodia Widyahusada Tbk (
PRDA) mengemukakan bahwa momen Ramadan di kuartal I 2023 menjadi sebuah tantangan tersendiri. Direktur Utama PRDA, Dewi Muliaty menjelaskan alasannya bahwa daya beli masyarakat di momen ini akan terfokus pada hal yang lain. "Pada kondisi seasonal seperti ini tentu ada pengaruhnya. Respon dan perhatian masyarakat beralih ke fokus belanja lain. Kita harapkan di akhir Maret bisa kembali lagi," ujarnya saat ditemui di Menteng, Jakarta, Selasa (28/3).
Dia juga melanjutkan mengenai performa kinerja tahun 2022 yang tercatat mengalami penurunan. Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan selama 2022 mengalami penyusutan 17,74% secara tahunan atau year on year (yoy), dari semula dari Rp 2,65 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp 2,18 triliun pada tahun lalu.
Baca Juga: Menguji Daya Tahan Sektor Kesehatan, Berikut Rekomendasi Saham Pilihan Analis Jika diperinci, pendapatan Prodia Widyahusada berdasarkan jenis pendapatan masih didominasi oleh pendapatan laboratorium yang mencapai Rp 1,93 triliun. Pendapatan non-laboratorium dan pendapatan klinik yang masing-masing senilai Rp 233,72 miliar dan Rp 8,20 miliar. Di sisi lain, Prodia Widyahusada terpantau mampu menurunkan beban pokok pendapatan hingga 16,18% yoy. Angkanya menyusut menjadi Rp 854,53 miliar selama tahun lalu, dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,01 triliun. Penurunan kinerja juga terjadi pada bottom line PRDA. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih merosot angkanya hingga 40,36% yoy, dari sebelumnya Rp 623,23 miliar selama tahun 2021, menjadi hanya Rp 371,64 miliar per akhir Desember tahun lalu. Melihat hal tersebut, Dewi menjelaskan bahwa tingkat frekuensi kunjungan masyarakat sudah mulai kembali seperti masa sebelum pandemi. Namun begitu, PRDA menilai bahwa kesadaran atau awareness masyarakat terhadap kesehatan bertambah tinggi.
Baca Juga: Prodia Widyahusada (PRDA) Bakal Tambah Dua Cabang Baru Tahun Ini Hal ini dilihat PRDA melalui banyaknya tes yang diambil oleh pelanggan saat kunjungan. Tak hanya itu, masyarakat tidak datang saat sakit, tetapi mulai melakukan pengecekan kesehatan dan tindakan prefentif. "Kami melihat di 2022 ini, perilaku masyarakat sudah seperti sebelum pandemu. Tapi awareness soal kesehatan berbeda. Mereka mengambil tes-tes yang mereka tahu bermanfaat untuk mereka. Otomatis ini seperti menurub tapi bukan karena tes covid, frekuensinya saja turun tapi tes bertambah banyak dalam satu kali kunjungan. Begitu pola perubahannya," jelasnya. Dia melanjutkan, tahun ini tren demikian masih akan berlanjut namun frekuensi bertambah. Pihaknya juga membidik pelanggan baru dari platform digital seperti telemedicine dan pemeriksaan efek pandemi. Pihaknya mengandalkan layanan paket-paket kesehatan bersifat prefentif, prediktif dan deteksi, seperti pengecekan kesehatan genomik di tahun ini. Pihaknya tidak menyebutkan angka pertumbuhan yang dibidik tahun ini.
Baca Juga: Begini Daftar Lengkap Indeks Kompas100 untuk Periode Februari-Juli 2023 Di sisi lain, PRDA tahun ini menyiapkan capex sebesar Rp 250 miliar. Mayoritas dana capex tersebut ditujukan untuk melanjutkan pengembangan digitalisasi dan teknologi PRDA. Pihaknya juga berencana membangun dua cabang baru. PRDA sudah membuka di Grand Wisata, Bekasi baru-baru ini dan akan membuka lagi di tempat lain yang lokasinya tidak bisa dibuka. "Sebenarnya kami siapkan lebih dari itu, namun kami melihat kesiapannya, mana yang dari segi infrastruktur, perizinan dan lain-lain yang lebih siap. Jadi belum bisa dibuka lebih jauh," ujar dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli