KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Prodia Widyahusada (PRDA) tahun ini fokus memaksimalkan pemanfaatan saluran digital sebagai langkah untuk memperbaiki kinerja. Sebagai informasi, sepanjang 2022, PRDA mencatat laba bersih senilai Rp 371,64 miliar. Capaian ini turun 40,36% dibandingkan 2021 senilai Rp 623,23 miliar. Pendapatan PRDA juga menurun 17,74% menjadi Rp 2,18 triliun. Direktur Utama PRDA Dewi Muliaty menuturkan, hal ini salah satunya dilakukan dengan menerapkan
omnichannel untuk segmen
business to consumer (B2C). PRDA menilai, langkah ini perlu dilakukan sebab pelayanan digital sangat berkembang dan terakselerasi dengan cepat di masa pandemi. "Produktivitas cabang pun menjadi lebih tinggi, sebab dengan adanya teknologi digital, pengunjung bisa daftar melalui
online dan tidak perlu mengantri," ujarnya pada paparan publik yang berlangsung di Jakarta, Kamis (13/4).
Liana Kuswandi, Direktur Keuangan PRDA menambahkan, tahun ini pihaknya tidak agresif menambah gerai. Namun begitu, pada 2023 PRDA menargetkan pengembangan
outlet berupa pengembangan 1 sampai 2
outlet, 20 POC
outlet, 1 sampai 2 lab rumah sakit dan 1 klinik khusus. Sepanjang 2022, PRDA secara total memiliki 276
outlet.
Baca Juga: Bisnis Champ Resto (ENAK) Melonjak, Sukses Membalikkan Rugi Jadi Laba Rp 62,28 Miliar "Tahun ini kami tidak lagi agresif membangun
outlet dan memaksimalkan pengembangan pada infrastruktur digital. Di sisi lain, Prodia tidak hanya fokus pada pengembangan gerai fisik, namun juga jaringan digital untuk menciptakan kehadiran
omnichannel bagi para pelanggan kami," ujar Liana. Lebih lanjut, dalam rencana akselerasi digital, PRDA telah memiliki anak perusahaan PT Prodia Digital Indonesia yang berkontribusi mengembangkan aplikasi U by Prodia, pengembangan Prodia Mobile for Doctor, serta menyediakan pemesanan layanan
home service dengan jangkauan hingga lebih dari 1.000 lokasi per hari di seluruh Indonesia. Sementara itu, untuk segmen
business to business (B2B), PRDA memperkuat transformasi digital melalui ProdiaLink, yaitu
interoperability system yang dapat mempermudah proses referal ke lab yang dimiliki PRDAM Prodia juga berfokus untuk meningkatkan jumlah pelanggan secara organik melalui beberapa inisiatif. Misalnya, memaksimalkan penggunaan aplikasi U by Prodio, mengoptimalkan
home service, penambahan kapasitas tes baru, pembenahan tampilan
outlet, serta penambahan
channel Prodia melalui kolaborasi dan kemitraan strategis. Dengan rencana kerja ini, PRDA tahun ini mengalokasikan
capital expenditure (capex) sebesar Rp 200 miliar hingga Rp 300 miliar. Mayoritas capex atau lebih dari 50% capex akan dialokasikan untuk pengembangan bisnis digital. Tahun ini, PRDA menargetkan laba bersih yang besarannya tidak terlalu jauh dari total laba tahun lalu sebesar Rp 371,6 miliar. Prodia menargetkan peningkatan
net income margin sebesar 16-17%, sementara EBITDA margin ditargetkan naik 25-30%. "Ini cukup
chalenging, namun kami berusaha menjaga angka tersebut sama seperti tahun lalu," ujar Liana.
Baca Juga: Eka Sari Lorena Transport (LRNA) Bidik Target Konservatif Tahun Ini Sepanjang 2022, PRDA mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 2,18 triliun dengan jumlah kunjungan mencapai angka lebih dari 2,8 juta. Kontribusi utama berasal dari pemasukan laboratorium senilai Rp 1,93 triliun, disusul non-lab sebanyak Rp 233,72 miliar. Bisnis klinik PRDA meraup pendapatan Rp 8,20 miliar. Secara umum, pelanggan individu dan referensi dokter menyumbang pemasukan terbesar. Sedangkan klien korporasi menyerap Rp 342 miliar. Neraca PRDA akhir 2022 menunjukkan penurunan aset 1,20% menjadi Rp 2,66 triliun. Liabilitas berkurang 8,49% menjadi Rp 358,44 miliar. Sementara itu ekuitas terjaga di kisaran Rp 2,3 triliun, sedangkan kas dan setara kas di akhir 2022 tumbuh Rp 90,5 miliar, menjadi total Rp 698,40 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi