JAKARTA. Penjualan produk rokok jenis Sigeret Kretek Tangan (SKT) yang terus menurun tak membuat PT Gudang Garam Tbk (GGRM) kapok. Produsen rokok justru kembali mengeluarkan produk SKT baru yakni, Gudang Garam Gold. Manajemen perusahaan ini pun mengakui, tak mudah menaikan kembali tren rokok SKT karena beralihnya refrensi konsumen ke jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM). Berdasarkan laporan keuangan GGRM di semester I-2014 ini penjualan SKT GGRM menurun 25,56% year on year (yoy) menjadi Rp 2,39 triliun. Padahal di semester I tahun lalu penjualan SKT GGRM mencapai Rp 3 triliun. Meski demikian, pendapatan SKM GGRM justru menjadi Rp 29,36 triliun atau naik 27,43% dibandingkan tahun lalu Rp 23,04 triliun.
Analis Ciptadana Securities, Eveline Liauw mengatakan, keputusan GGRM mengeluarkan produk baru itu untuk menciptakan pasar baru yang lebih premium di segmen SKT. Tak hanya itu, ia bilang, kehadiran produk baru SKT untuk menggantikan produk lama yang sudah meredup seperti, Gudang Garam Djaja. "Memang, segmen Djaja sudah turun, karena itu GGRM berharap masyarakat bisa beralih ke Gudang Garam Gold," jelas Eveline, kepada KONTAN. Dia pun memperkirakan, produk baru GGRM bisa mengambil pasar produk lama. Padahal harga jual Gudang Garam Gold lebih mahal yakni di Rp 8.800 per bungkus dari produk lama di Rp 7.900 per bungkus. Penjualan SKT turun Berdasarkan data Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) pangsa pasar rokok SKT terus menurun setiap tahunnya. Sejak 2009 pangsa pasar rokok SKT 32,8%, di 2013 pangsa pasarnya hanya sekitar 26,1%. Eveline menambahkan produk baru bisa membuat GGRM bisa menjadi penguasa pasar rokok SKT. Selain itu, ia menilai, GGRM bisa memanfaatkan momentum dimana pesaing mengurangi SKT. Joshua Tjeuw, Analis Trimegah Securities dalam riset 12 Agustus 2014 mengatakan, menurunnya minat pada produk SKT membuat produsen menutup pabrik. Seperti yang dilakukan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Joshua menambahkan, masuknya GGRM ke segmen Mild menyelamatkan keuangan perusahaan. Hingga Agustus, pangsa pasar Mild GGRM cukup besar yakni 36%-38%. Ini membuat pangsa pasar GGRM secara keseluruhan berada di peringkat kedua 20,6%.
Tak hanya itu, Eveline mengatakan, ke depan produk rokok SKT akan meningkat meskipun belum bisa mengalahi produk SKM. Pasalnya, dari pemerintah sudah memberikan insentif untuk menyelamatkan rokok Indonesia. Eveline bilang, di 2015 cukai rokok SKT akan dikurangi 6%. Sehingga harga rokok SKT bisa jadi tak ikut naik. Aturan pemerintah yang mengharuskan produsen rokok untuk mencantumkan gambar seram sejatinya tak terlalu berpengaruh kepada kinerja GGRM. Hal tersebut terbukti dari volume penjualan meningkat 37%, padahal industri di turun 6%. Ketiga analis ini, merekomendasikan buy. Eveline menargetkan di Rp 64.200, Joshua menargetkan di Rp 62.600. Dan, Herman menargetkan di harga Rp 54.300. Kamis (2/9) saham GGRM turun 0,55% ke Rp 55.900 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana