Produk berbasis saham bakal positif, cermati sektor konstruksi, properti & metal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk investasi berbasis saham diprediksi bakal prospektif di 2021, Ayers Asia Asset Management menilai beberapa sektor seperti konstruksi, metal dan properti bakal rebound paling cepat di tahun ini. Adapun salah satu produk milik Ayers Asia Asset Management yang merujuk ke sana adalah Equity Index SRI Kehati.

Fund Manager Ayers Asia Asset Management Satrio Norojono mengatakan, beberapa sektor yang bakal rebound tahun ini adalah konstruksi. Tahun lalu, performa sektor ini diakui memang tidak terlalu baik karena terbebani utang. "Tapi beberapa emiten sudah merestrukturisasi utangnya di bank-bank Himbara," ungkap Satrio dalam paparannya lewat daring Selasa (12/1).

Sektor lain yang dinilai bakal rebound tahun ini adalah sektor properti yang sudah menunjukkan sinyal kenaikan. Penjualan produk baru beberapa emiten properti yang ludes di tahun lalu, turut menjadi cerminan minat pembeli dan investor meningkat. 


Ada juga sektor tambang, khususnya untuk emiten produksi nikel dan batubara. Itu sejalan dengan keseriusan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat electric vehicles (EV) di ASEAN, sehingga mampu meningkatkan penjualan nikel Tanah Air. Itu juga akan berdampak positif bagi foreign direct investment (FDI) di Tanah Air.

Baca Juga: Ayers Asia menyebut saham dan obligasi jadi pilihan menarik tahun ini

Sedangkan untuk emiten batubara dianggap bakal jadi salah satu yang berkinerja baik tahun ini, sejalan dengan potensi permintaan dari China dan faktor La Nina. Sebagai konsumer terbesar batubara, China saat ini masih memasuki musim dingin dan membuat kebutuhan akan batubara sebelum tahun baru China ikut meningkat.

Ditambah lagi, adanya pembatasan impor batubara dari Australia juga menjadi katalis positif bagi produksi batubara di emerging markets termasuk Indonesia.

Selain itu, CPO juga punya prospek positif didukung sentimen La Nina yang juga berpotensi mendorong harga naik. Selain itu, tidak banyak perusahaan yang melakukan penanaman baru, disertai permintaan dari Negeri Tirai Bambu yang masih tinggi. "Base target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di 2021 berada di level 6.700," jelas Satrio.

Adapun sentimen yang bakal mendorong indeks menuju target tersebut yakni harapan perbaikan pertumbuhan ekonomi di 2021, kenaikan inflasi, pertumbuhan FDI dari program EV pemerintah, serta efek dari kebijakan omnibus law.

Baca Juga: Reksadana pendapatan tetap dan pasar uang masih akan menopang AUM industri reksadana

Sementara Head of Fixed Income Investment Ayers Asia Asset Management Ivan Hendra Likumahua memprediksi, saat vaksin berhasil dikendalikan atau distribusikan secara baik, maka berpeluang untuk menggerakkan konsumsi. Ditambah lagi, perbankan juga masih gencar untuk melakukan ekspansi dalam menggelontorkan kreditnya dan berpotensi mendorong konsumsi masyarakat.

"Untuk 2021, rekomendasi kami masuk ke equity, dimana kami memiliki indeks Sri Kehati. Tahun ini kami lihat lebih dominan ke equity," ujar Ivan.

Adapun komposisi portofolio di Sri Kehati ditetapkan sesuai mandatory yang terdiri dari 25 saham. Sedangkan untuk produk campuran, komposisi saham secara persentase 36% merupakan perbankan, sisanya di komoditas dan infrastruktur, ada juga sektor kesehatan. 

Untuk tahun ini, Ivan menilai idealnya untuk produk berisiko ditempatkan di saham. Tipsnya pilih produk-produk berbasis saham yang menawarkan NAB masih rendah. Untuk medium risk bisa ditempatkan pada reksadana campuran, dan untuk low risk alias risiko rendah pada reksadana berbasis SUN. 

Baca Juga: Dana kelolaan reksadana bisa tumbuh 10% tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati