KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah bakal melanjutkan program penggunaan campuran Bioetanol 5% pada bensin, atau E5 tahun ini. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, mengatakan bahwa cakupan uji coba pasar atawa market trial penggunaan bioetanol oleh Pertamina dan Badan Usaha BBM bakal diperluas. Kendati demikian, pemerintah belum menerapkan target khusus berapa volume produksi/penyaluran E5 yang direncanakan pada tahun ini. “Untuk 2024, Belum ada target khusus karena masih market trial, diharapkan penjualan campuran E5 semakin meningkat,” ujar Dadan kepada Kontan.co.id (22/1). Baca Juga: Berikut Sejumlah Pencapaian EBTKE Kementerian ESDM hingga Tahun 2023 Seperti diketahui, PT Pertamina Patra Niaga telah memulai penyaluran campuran Pertamax (RON 92) dengan bioetanol 5% pada paruh kedua tahun 2023 lalu. Volume penyalurannya terus meningkat. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, mengatakan bahwa saat ini rata-rata volume penyaluran Pertamax Green 95 berkisar 4 kiloliter (kl) per hari. “Sudah lebih dari 800 kl (yang sudah disalurkan),” kata Irto kepada Kontan.co.id (22/1). Sejalan dengan informasi yang disampaikan oleh Dadan, Irto menuturkan bahwa Pertamina Patra Niaga mengkaji rencana perluasan distribusi penyaluran Pertamax Green 95 pada tahun ini. Target lokasi distribusi baru yang tengah dikaji di antaranya termasuk di wilayah DKI Jakarta dan Surabaya. “Tentu akan kita perluas jaringan SPBUnya. Untuk suplai poinnya kita juga sudah siapkan tambahan di Integrated Terminal Jakarta,” tutur Irto. Di lain pihak, sejumlah badan usaha BBM swasta belum melirik opsi penyaluran produk E5. President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian, mengatakan bahwa Shell sejatinya telah memiliki portofolio produk campuran bioetanol di pasar global Shell lainnya. Kendati demikian, terkhusus pasar Indonesia, Shell masih berfokus pada portofolio produk eksisting, seperti Shell Super, Shell V-Power, Shell V-Power Diesel, dan Shell V-Power Nitro+. “Tetapi tentunya kita akan terus berkembang dan berinovasi. Contohnya, tahun lalu kami mengupgrade formula Shell V Power kami, sehingga kita bisa tetap bisa memberikan high quality fuels kepada para pelanggan kami,” ujar Ingrid di sela acara peresmian Shell Flagship Soepomo-1, Kamis (18/1). Hal serupa juga diungkapkan oleh Presiden Direktur bp-AKR, Vanda Laura. Ia berujar, bp-AKR masih berfokus pada penyediaan lini produk-produk BBM eksisting perusahaan. “Semua jaringan SPBU bp saat ini menyediakan rangkaian bahan bakar berkualitas yaitu BP Ultimate, BP 92, dan BP Diesel. Dan saat ini kami masih fokus dalam penyediaan produk-produk bahan bakar tersebut,” kata Vanda kepada Kontan.co.id (22/1). Baca Juga: Pertamina Kaji Rencana Perluasan Distribusi Pertamax Green 95 Seperti diketahui, program substitusi BBM menjadi bahan bakar nabati merupakan strategi pemerintah untuk mengurangi defisit neraca perdagangan akibat impor BBM, sekaligus meningkatkan bauran energi baru terbarukan nasional. Penggunaan campuran BBM jenis bensin dengan bioetanol merupakan bagian dari ikhtiar tersebut. Dalam peluncuran program Bioetanol Tebu Untuk Ketahanan Energi pada November 2022 lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa dirinya berharap program bioetanol ini dapat berjalan sesuai rencana, dimulai dari bioetanol 5% (E5) pada BBM kemudian meningkat E10, E20 dan seterusnya. Harapan pemerintah, program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi dapat menjadi solusi peningkatan jumlah produksi bioetanol nasional dari 40 ribu kiloliter di tahun 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter di tahun 2030, sekaligus menjadi potensi campuran BBM jenis minyak bensin. Hal ini didasarkan pada studi yang dilakukan di Brazil, energi yang dihasilkan dari 1 ton tebu setara dengan 1,2 barel minyak mentah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .