JAKARTA. Produk dari Indonesia akan menjajal pasar di Libya dalam acara pameran Tripoli International Fair (TIF) tanggal 2- 12 April nanti. Langkah Indonesia memasuki pasar Libya itu merupakan salah satu cara untuk memasuki pasar di wilayah Afrika khususnya Afrika Utara. “Sasaran kami ikut pameran tidak hanya Libya, tetapi juga di negara-negara sekitarnya,” kata Kepala badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), Hesti Indah Kresnarini.Setidaknya ada 13 perusahaan dari Indonesia yang diboyong oleh BPEN untuk masuk ke pasar Libya tersebut diantaranya adalah perusahaan produksi otomotif, panel kayu, makanan dan minuman, handicraft, garment, furniture rotan dan lain-lain. Diantara perusahaan yang akan ikut paemran di Libya itu adalah, PT. Pundarika Atma Semesta (Fire Fighting Trucks), PT Gajah Tunggal Tbk, Hasil Saw Mill (Wooden Doors), PT Artistika Ciptakreasi (Wooden Furniture, Rattan Furniture), PT Jaya Prima Mandiri (Rattan Furniture, Home Accessories, Consumer Goods), Tatty & Co (Furniture,Handicraft), PT Karunia Prima Garmindo (Garment, Apparel).Pada tahun 2009 lalu Indonesia rupanya sudah memboyong beberapa perusahaan untuk pameran TIF ke -38 di Libya. Selama pameran tersebut perusahaan yang mengikuti acara tersebut mendulang transaksi sebesar US$ 17.2 juta. Selama pameran tersebut setidaknya dihadiri sekitar 253.000 pengunjung. Pengalaman pameran tahun lalu, Indonesia mencatat transaksi dan permintaan mobil pemadam kebakaran yang diminta oleh Nigeria walaupun pamerannya dilakukan di Libya. Hesti bilang, kategori yang masuk dalam pemaran itu diantaranya adalah Goods, Consumer Goods, Agricultural, Victuals, Footwear, Furniture, Fabrics, Shop Fittings, Interior Construction, Packaging Material, Vehicles, Machinery yang diikuti oleh 11 negara diantaranya Jerman, Perancis, Italia, Libya, Malta, Austria, Portugal, Spanyol, Republik Cezna, Ukraina, Belarus. Dari luas luas area pameran 90.000 m2, Indonesia hanya memanfaatkan luas stand Indonesia sebesar 150 m2. Dari sisi ekonomi, Libya merupakan pasar yang sangat prospektif, karena walaupun jumlah penduduknya 6,4 juta jiwa, namun GDP per kapita pada tahun 2009 sebesar US$ 14.600. Ekonomi Libya bergantung pada kegiatan perdagangan yang banyak ditunjang dari sektor minyak bumi yang memberikan kontribusi sangat besar bagi pendapatan ekspor. Pendapatan dari sektor minyak bumi tersebut mengakibatkan Libya memiliki pendapatan perkapita tertinggi di kawasan Afrika BPEN berharap kegiatan ini dapat memberikan kontribusi dan hasil yang signifikan bagi peningkatan ekspor, sekaligus meningkatkan brand image produk Indonesia di kancah internasional, khususnya si wilayah Afrika Utara dan sekitarnya. “Kita masih memiliki kesempatan untuk mengenjot ekspor ke wilayah Afrika,” tambah Muchtar Kepala Lirtbang Kementerian Perdagangan. Menurut Muchtar, mencatat perkembangan ekspor tahun 2005-2009, pertumbuhan pasar alternatif selain pasar tradisional (Eropa, Amerika dan Jepang) sudah mulai terlihat sejak lima tahun terakhir.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Produk Indonesia Kembali Jajal Pasar Libya
JAKARTA. Produk dari Indonesia akan menjajal pasar di Libya dalam acara pameran Tripoli International Fair (TIF) tanggal 2- 12 April nanti. Langkah Indonesia memasuki pasar Libya itu merupakan salah satu cara untuk memasuki pasar di wilayah Afrika khususnya Afrika Utara. “Sasaran kami ikut pameran tidak hanya Libya, tetapi juga di negara-negara sekitarnya,” kata Kepala badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), Hesti Indah Kresnarini.Setidaknya ada 13 perusahaan dari Indonesia yang diboyong oleh BPEN untuk masuk ke pasar Libya tersebut diantaranya adalah perusahaan produksi otomotif, panel kayu, makanan dan minuman, handicraft, garment, furniture rotan dan lain-lain. Diantara perusahaan yang akan ikut paemran di Libya itu adalah, PT. Pundarika Atma Semesta (Fire Fighting Trucks), PT Gajah Tunggal Tbk, Hasil Saw Mill (Wooden Doors), PT Artistika Ciptakreasi (Wooden Furniture, Rattan Furniture), PT Jaya Prima Mandiri (Rattan Furniture, Home Accessories, Consumer Goods), Tatty & Co (Furniture,Handicraft), PT Karunia Prima Garmindo (Garment, Apparel).Pada tahun 2009 lalu Indonesia rupanya sudah memboyong beberapa perusahaan untuk pameran TIF ke -38 di Libya. Selama pameran tersebut perusahaan yang mengikuti acara tersebut mendulang transaksi sebesar US$ 17.2 juta. Selama pameran tersebut setidaknya dihadiri sekitar 253.000 pengunjung. Pengalaman pameran tahun lalu, Indonesia mencatat transaksi dan permintaan mobil pemadam kebakaran yang diminta oleh Nigeria walaupun pamerannya dilakukan di Libya. Hesti bilang, kategori yang masuk dalam pemaran itu diantaranya adalah Goods, Consumer Goods, Agricultural, Victuals, Footwear, Furniture, Fabrics, Shop Fittings, Interior Construction, Packaging Material, Vehicles, Machinery yang diikuti oleh 11 negara diantaranya Jerman, Perancis, Italia, Libya, Malta, Austria, Portugal, Spanyol, Republik Cezna, Ukraina, Belarus. Dari luas luas area pameran 90.000 m2, Indonesia hanya memanfaatkan luas stand Indonesia sebesar 150 m2. Dari sisi ekonomi, Libya merupakan pasar yang sangat prospektif, karena walaupun jumlah penduduknya 6,4 juta jiwa, namun GDP per kapita pada tahun 2009 sebesar US$ 14.600. Ekonomi Libya bergantung pada kegiatan perdagangan yang banyak ditunjang dari sektor minyak bumi yang memberikan kontribusi sangat besar bagi pendapatan ekspor. Pendapatan dari sektor minyak bumi tersebut mengakibatkan Libya memiliki pendapatan perkapita tertinggi di kawasan Afrika BPEN berharap kegiatan ini dapat memberikan kontribusi dan hasil yang signifikan bagi peningkatan ekspor, sekaligus meningkatkan brand image produk Indonesia di kancah internasional, khususnya si wilayah Afrika Utara dan sekitarnya. “Kita masih memiliki kesempatan untuk mengenjot ekspor ke wilayah Afrika,” tambah Muchtar Kepala Lirtbang Kementerian Perdagangan. Menurut Muchtar, mencatat perkembangan ekspor tahun 2005-2009, pertumbuhan pasar alternatif selain pasar tradisional (Eropa, Amerika dan Jepang) sudah mulai terlihat sejak lima tahun terakhir.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News