JAKARTA. Produk telepon seluler dan laptop dari China membanjiri pasar elektronik dalam negeri. Ekspor kedua produk tersebut melebihi 40% dari nilai total penjualan produk elektronik China ke Indonesia.Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, ekpor China paling besar berupa barang elektronik sebesar 26,1% selama periode 2007 hingga 2010 lalu. Setelah itu disusul oleh mesin dan peralatan sebesar 20,5% dan produk turunannya 10%.Untuk telepon genggam mencapai 25,5% dari ekspor produk elektronik. Sementara komputer jinjing sebesar 17% dan sub komponen elektronik sebesar 6,9%. "Kita net importer telepon seluler dan laptop dari China," kata Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana, Jumat (8/7).Agus mengatakan, peningkatan impor produk elektronik dari China pada tahun 2010 dipengaruhi oleh kerjasama Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA). Sebelumnya, hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian menunjukan bahwa ACFTA telah menyebabkan penurunan produksi dan penjualan industri dalam negeri.Hasil evaluasi kerjasama perdagangan internasional produk industri selama periode 2007 hingga 2010 menunjukan bahwa China merupakan pengekspor produk terbesar ke Indonesia, diikuti oleh Singapura, Jepang, Uni Eropa dan Amerika Serikat.Pada tahun 2010 sendiri perdagangan antara Indonesia-China mengalami defisit sebesar US$ 10,7 miliar meningkat dari tahun sebelumnya yang US$ 6,7 miliar. Sebagian besar neraca perdagangan produk industri mengalami defisit terutama elektronik yang defisit US$ 4,5 miliar.Selain elektronik, defisit perdagangan industri juga dialami sektor mesin dan peralatan sebesar US$ 3,7 miliar, besi baja dan produk turunannya US$ 1,8 miliar, tekstil dan produk tekstil US$ 1,4 miliar serta alat-alat listrik US$ 950 juta. Untuk menyeimbangkan neraca perdagangan antara Indonesia-China, Agus mengatakan pemerintah mendorong China membangun industrinya di Indonesia. Menurut Agus, Perdana Menteri China Wen Jiabao dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu yang lalu. "Kami tidak bisa setop impor, renegosiasi ACFTA juga sudah tidak bisa," kata Agus.Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) Suhanda Wijaya mengakui, produk komputer asal China sudah membanjiri pasar dalam negeri. Dia beralasan banjirnya produk China itu lantaran Indonesia masih sangat lemah dalam industri teknologi tersebut. Jika pun ada, Suhanda bilang industri di dalam negeri hanya merakit (assembly) saja. Cuma, dia mengatakan produk itu bukan sepenuhnya teknologi China melainkan dari berbagai negara yang beroperasi di sana. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Produk ponsel dan laptop China banjiri pasar lokal
JAKARTA. Produk telepon seluler dan laptop dari China membanjiri pasar elektronik dalam negeri. Ekspor kedua produk tersebut melebihi 40% dari nilai total penjualan produk elektronik China ke Indonesia.Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, ekpor China paling besar berupa barang elektronik sebesar 26,1% selama periode 2007 hingga 2010 lalu. Setelah itu disusul oleh mesin dan peralatan sebesar 20,5% dan produk turunannya 10%.Untuk telepon genggam mencapai 25,5% dari ekspor produk elektronik. Sementara komputer jinjing sebesar 17% dan sub komponen elektronik sebesar 6,9%. "Kita net importer telepon seluler dan laptop dari China," kata Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana, Jumat (8/7).Agus mengatakan, peningkatan impor produk elektronik dari China pada tahun 2010 dipengaruhi oleh kerjasama Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA). Sebelumnya, hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian menunjukan bahwa ACFTA telah menyebabkan penurunan produksi dan penjualan industri dalam negeri.Hasil evaluasi kerjasama perdagangan internasional produk industri selama periode 2007 hingga 2010 menunjukan bahwa China merupakan pengekspor produk terbesar ke Indonesia, diikuti oleh Singapura, Jepang, Uni Eropa dan Amerika Serikat.Pada tahun 2010 sendiri perdagangan antara Indonesia-China mengalami defisit sebesar US$ 10,7 miliar meningkat dari tahun sebelumnya yang US$ 6,7 miliar. Sebagian besar neraca perdagangan produk industri mengalami defisit terutama elektronik yang defisit US$ 4,5 miliar.Selain elektronik, defisit perdagangan industri juga dialami sektor mesin dan peralatan sebesar US$ 3,7 miliar, besi baja dan produk turunannya US$ 1,8 miliar, tekstil dan produk tekstil US$ 1,4 miliar serta alat-alat listrik US$ 950 juta. Untuk menyeimbangkan neraca perdagangan antara Indonesia-China, Agus mengatakan pemerintah mendorong China membangun industrinya di Indonesia. Menurut Agus, Perdana Menteri China Wen Jiabao dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu yang lalu. "Kami tidak bisa setop impor, renegosiasi ACFTA juga sudah tidak bisa," kata Agus.Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) Suhanda Wijaya mengakui, produk komputer asal China sudah membanjiri pasar dalam negeri. Dia beralasan banjirnya produk China itu lantaran Indonesia masih sangat lemah dalam industri teknologi tersebut. Jika pun ada, Suhanda bilang industri di dalam negeri hanya merakit (assembly) saja. Cuma, dia mengatakan produk itu bukan sepenuhnya teknologi China melainkan dari berbagai negara yang beroperasi di sana. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News