Produk RDPT Baru Semakin Marak



JAKARTA. Kisruh Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) yang terjadi belakangan ini membawa berkah bagi penerbitan wadah investasi baru. Buktinya, para manajer investasi (MI) mulai sibuk merancang reksadana penyertaan terbatas (RDPT) untuk menghimpun dana bagi beberapa proyek di sektor riil.

Tengok saja PT Recapital Asset Management. Menurut Bowo Witjaksono Suhardjo, Presiden Direktur Recapital Asset Management, pihaknya berencana menerbitkan RDPT baru pada kuartal kedua ini. Tak tanggung-tanggung, Recapital menargetkan RDPT baru itu bisa menjaring dana kelolaan sebesar US$ 100 juta atau sekitar Rp 1 triliun dalam setahun.

RDPT anyar terbitan Recapital ini terbilang unik. Selain tidak membatasi jangka waktu jatuh tempo alias bersifat open-end, RDPT ini juga memiliki aset dasar beberapa proyek sekaligus."Strategi ini bisa menghindari kerugian. MI bisa langsung beralih ke proyek lainnya apabila terjadi penghentian di satu proyek," ujar Bowo kepada KONTAN, belum lama ini.


Namun, Recapital ingin mendiskusikan rencana ini dengan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) terlebih dahulu. Mereka ingin mengetahui apakah strategi penempatan aset dasar RDPT tersebut menyalahi aturan pasar modal atau tidak.

Bowo bilang, Recapital membidik beberapa proyek di sektor infrastruktur, properti, dan sumber daya alam. Namun, ia mengaku belum menentukan proyek-proyek yang akan dibiayai RDPT tersebut. Bisa saja proyek milik induk perusahaannya atau holding Grup Recapital, atau juga perusahaan di luar grup tersebut. "Tergantung mana yang menarik," katanya.

Di luar perolehan dari RDPT baru ini, Recapital membidik penambahan dana kelolaan sekitar Rp 800 miliar. Saat ini, total dana kelolaan alias asset under management (AUM) Recapital sebesar Rp 3,2 triliun. Dana kontrak pengelolaan dana (KPD) mendominasi AUM Recapital, dengan porsi sekitar 80%.

Dua RDPT BNIS

PT BNI Securities (BNIS) juga tak mau ketinggalan. Direktur BNI Securities Idhamshah mengatakan, pihaknya berencana menerbitkan dua produk RDPT pada pertengahan tahun ini. "Kami masih mencari investor untuk kedua produk ini," ujarnya, kemarin.

Produk yang diperkirakan meluncur lebih dulu adalah RDPT yang menggunakan aset dasar proyek Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor percetakan. Sebab, BNIS telah mendapatkan komitmen dari 6 investor untuk produk bertempo dua tahun ini. Dari produk ini, BNIS berharap bisa menjaring dana segar Rp 100 miliar.

Di produk kedua, BNIS bakal mengalokasikan duit nasabah untuk pembiayaan proyek BUMN sektor perikanan. Targetnya, Rp 200 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can