Produk unggas lokal harus perkuat daya saing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa gugatan Brasil kepada Indonesia terkait impor unggas di forum World Trade Organization (WTO) akan menyebabkan kemungkinan masuknya unggas Brasil ke pasar Indonesia.

Menanggapi hal ini, Erwidodo, Peneliti Pusat Sosial Ekonomi dan Kebjakan Pertanian Kementerian mengatakan, Indonesia tidak bisa menghalau masuknya barang-barang impor dari negara asing.

Namun, Indonesia masih bisa berupaya menghalau impor tersebut dengan meningkatkan daya saing sektor perunggasan di Indonesia.


"Meningkatkan daya saing itu adalah keharusan. Itu adalah gabungan antara pelaku dan pemerintah. Jadi pelaku juga tidak bisa hanya menyalahkan pemerintah," ujar Erwidodo.

Erwidodo pun menambahkan, negara anggota WTO berhak untuk melindungi pasar domestiknya. Namun, upaya perlindungan itu harus sesuai dengan aturan yang diterapkan WTO.

Menurut Erwidodo, menutup keran impor untuk bahan baku pakan ternak bukanlah keputusan yang bijak. Dia menyoroti penutupan impor jagung yang menyebabkan munculnya impor gandum yang besar. Gandum tersebut kemudian dijadikan sebagai pengganti makanan ternak.

Saat ini Indonesia tengah mengalami kelebihan pasokan unggas di tingkat peternak. Menurutnya, adanya kelebihan pasokan tersebut menunjukkan ciri bahwa peternakan unggas sudah efisien.

Sayangnya, produksi unggas di Indonesia menggunakan biaya produksi yang besar. "Kalau over supply karena cost-nya mahal, itu pasti karena proteksi," ujarnya.

Saat ini pemerintah menetapkan berbagai aturan untuk mengurangi produksi unggas di Indonesia. Salah satunya adalah pengurangan day old chicken yang baru ditetapkan. Erwidodo mengatakan, hal tersebut boleh dilakukan asalkan tidak dijadikan sebagai sebuah instrumen kebijakan.

Menurut Erwidodo kelebihan produksi tersebut harus membuat pemerintah mencari pasar baru sehingga pasar unggas Indonesia tak hanya dipasarkan di dalam negeri.

"Itu akan menjadi sebuah tantangan bagi Indonesia. Kalau masyarakat sudah nyaman dengan apa yang ada, tidak akan ada perubahan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto