Produk Unitlink Diproyeksikan Tetap Diminati Meski Kinerja Menurun di Semester I-2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk asuransi unitlink diprediksi masih akan tetap diminati ke depannya, meskipun mencatatkan penurunan kinerja pada semester I-2024.

Menurut data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), pendapatan premi dari produk unitlink mencapai Rp 36,68 triliun pada semester I-2024, turun 13,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

AAJI menilai prospek produk unitlink di masa mendatang akan sangat bergantung pada berbagai faktor, termasuk kondisi pasar keuangan dan perilaku konsumen.


Baca Juga: Rasio Klaim Asuransi Kesehatan Capai 105,7% pada Semester I-2024, Ini Strategi AAJI

"Dengan adanya penyempurnaan regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), produk unitlink tentu akan menjadi lebih aman dan menarik di masa depan," ujar Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu, kepada Kontan, Kamis (29/8).

Togar menyarankan perusahaan asuransi untuk terus mengembangkan dan menyesuaikan produk unitlink agar lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Inovasi seperti penyesuaian biaya, fleksibilitas investasi, dan penambahan fitur baru diharapkan dapat meningkatkan daya tarik produk unitlink.

Baca Juga: Naik 45%, Pendapatan Premi Unitlink MSIG Life Capai Rp 685 Miliar di Semester I-2024

Namun, Togar juga mengingatkan tentang tantangan dalam memasarkan produk unitlink.

Menurutnya, pemahaman konsumen yang kurang tentang produk ini dapat menyebabkan ekspektasi yang tidak realistis dan akhirnya menimbulkan ketidakpuasan.

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya edukasi dan literasi yang lebih intensif dalam pemasaran unitlink.

Togar juga menyampaikan bahwa penurunan pendapatan premi unitlink pada semester I-2024 disebabkan oleh penyesuaian yang perlu dilakukan oleh perusahaan asuransi terhadap regulasi baru terkait produk unitlink.

Baca Juga: AAJI Beberkan Penyebab Pendapatan Premi Unitlink Menurun pada Semester I-2024

"Belum semua perusahaan memiliki produk yang sepenuhnya sesuai dengan regulasi baru tersebut. Dengan demikian, pemasaran unitlink belum mencapai potensi optimal," tambahnya.

Meski mengalami penurunan, Togar mencatat bahwa laju penurunan ini relatif lebih lambat, yang menandakan adanya peningkatan dalam pemasaran produk unitlink.

Hal ini menunjukkan bahwa produk yang menggabungkan proteksi dan investasi tersebut masih dibutuhkan oleh masyarakat.

Sejalan dengan pandangan tersebut, PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk (MSIG Life) juga melihat bahwa produk unitlink masih akan diminati oleh masyarakat.

Head of Customer and Marketing MSIG Life, Lukman Auliadi, menjelaskan bahwa unitlink menawarkan fleksibilitas bagi nasabah untuk menentukan anggaran dan pilihan proteksi sesuai kebutuhan mereka.

"Dengan demikian, unitlink tetap memiliki segmen pasarnya sendiri," ujarnya kepada Kontan.

Baca Juga: BNI Life Catat Hasil Investasi Mencapai Rp 723,6 Miliar Per Juli 2024

Lukman juga menyebutkan bahwa untuk menggenjot kinerja unitlink ke depannya, MSIG Life akan terus memantau dan menyesuaikan operasional perusahaan dengan regulasi baru, serta mengupayakan inovasi produk dan peningkatan layanan pelanggan.

MSIG Life berhasil mencatatkan pendapatan premi dari produk unitlink sebesar Rp 685 miliar pada semester I-2024, tumbuh 45% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Di sisi lain, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) juga menilai bahwa produk unitlink masih memiliki segmennya sendiri dan berpotensi tetap diminati ke depannya.

Chief Marketing Officer Generali Indonesia Vivin Arbianti Gautama menekankan pentingnya edukasi dan pemahaman terhadap kebutuhan nasabah yang berbeda-beda, terutama melalui strategi multi-channel dan multi-product untuk mengakomodasi kebutuhan proteksi masyarakat yang semakin meningkat.

Vivin menambahkan bahwa hingga semester I-2024, pendapatan premi di Generali Indonesia masih didominasi oleh produk tradisional dibandingkan dengan unitlink, meskipun ia tidak merinci nilai dari masing-masing produk tersebut.

Ia juga mencatat bahwa peningkatan literasi finansial dan dampak kebijakan sektor asuransi turut mempengaruhi dinamika ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto